Presiden Apresiasi Paket Bali WTO, Ratusan LSM Tolak WTO
SURABAYA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengapresiasi keberhasilan Konferensi Tingkat Menteri ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) berhasil menyepakati Paket Bali (Bali Package).
"Alhamdulillah Bali Package akhirnya dengan sangat alot kemarin diupayakan dan siang inideal telah bisa dicapai," kata Presiden Yudhoyono di Akademi Angkatan Laut (AAL), Surabaya, sebelum menemui CEO Shell, Sabtu (7/12).
Presiden mengemukakan, dari Indonesia bisa dikembangkan kelanjutan negosiasi yang lebih baik nantinya.
"A new good begining (awal baru yang baik), dengan catatan negosiasi berikutnya lagi harus ada fleksibilitas, take and give (saling memberi dan menerima) yang penting developed countries, negara berkembang, dan petani juga diperhatikan dalam tata perdagangan yang fair and justice (berkeadilan). Not only free trade, but free and fair trade (tidak hanya bebas berdagang, tapi perdagangan berkeadilan). Ideologi kita begitu," kata Presiden.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, secara terpisah mengatakan bahwa kesepakatan Paket Bali ini diharapkan dapat mendorong perdagangan dunia hingga satu triliun dolar AS, sehingga bisa mendukung upaya pemulihan ekonomi dunia.
Ratusan LSM Internasional Kembali Gelorakan Penolakan WTO
Ratusan demonstran dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat, baik nasional maupun internasional, kembali menggelorakan penolakan terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Kami mengecam kebijakan WTO. Bubarkan WTO," kata Achmadsyah koordinator aksi dari Gerakan Serikat Buruh Independen (GSBI), Achmadsyah, di Denpasar, Jumat (6/12).
Unjuk rasa bersama ratusan demonstran baik dalam maupun luar negeri itu dilakukan di Lapangan Timur Puputan Renon yang mendapat pengawalan puluhan polisi dan intel.
Meski cuaca Kota Denpasar cukup terik, sama sekali tidak menyurutkan para demonstran yang menyuarakan penolakan terhadap WTO, pada hari terakhir Konferensi Tingkat Menteri WTO di Nusa Dua, Kabupaten Badung, itu.
Tak hanya dari buruh, organisasi dari petani, mahasiswa, dan organisasi lainnya juga turun ke jalan menyuarakan penolakan dari kebijakan WTO yang dinilai tidak memberikan manfaat kepada masyarakat kecil.
"WTO itu kapitalis, tidak ada manfaat bagi masyarakat kecil," kata dia.
Selain membentangkan spanduk dan berorasi, enam orang pria dengan tidak mengenakan pakaian menuliskan penolakan organisasi perdagangan dunia itu di badan mereka dengan tulisan "Junk WTO".
Sebelumnya pada Kamis (5/12) di GOR Yowana Mandala Tembau, Denpasar, menuntut dibubarkannya WTO karena memberikan dampak kepada perempuan terutama di sektor pertanian yang sebagian besar pekerjanya merupakan wanita.
Hampir setiap hari selama berlangsungnya Konferensi Tingkat Menteri kesembilan WTO di Nusa Dua, gelombang penolakan dan protes terkait kebijakan WTO terus disampaikan LSM dan organisasi lainnya.
Gelombang penolakan terhadap WTO tak hanya terjadi di Denpasar melainkan pula di kawasan Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) tempat berlangsungnya sidang WTO.
Pihak panitia sendiri mengizinkan LSM yang terdaftar dan mendapatkan identitas khusus melakukan aksi unjuk rasa namun dengan tidak berteriak dan hanya diperbolehkan membentangkan spanduk. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...