Presiden AS Berikutnya Wajib Perjuangkan Kebebasan Beragama di Dunia
WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Chief Executive Officer Open Doors USA, David Curry menyebut –dengan berdasar kepada survei dari organisasi yang dia pimpin– presiden Amerika Serikat (AS) berikutnya harus dapat mengatasi penganiayaan terhadap umat Kristen di berbagai penjuru dunia.
Seperti diberitakan Christian Today, hari Rabu (20/7), sebanyak 76 persen responden menginginkan presiden AS berikutnya berkomitmen dan berjanji untuk mengatasi penganiayaan terhadap umat Kristen yang antara lain berbentuk pemenjaraan secara semena-mena, hukuman mati, pemerkosaan dan perampasan harta benda.
Open Doors adalah organisasi non-profit internasional yang berbasis di Amerika Serikat yang memperjuangkan hak asasi manusia terutama bagi mereka yang kesulitan menjalankan ibadah karena tekanan sekelompok kecil dalam masyarakat atau tekanan dari pemerintah.
Curry menambahkan penganiayaan terhadap umat Kristen, serta penganut agama lain, terjadi karena di beberapa negara pemerintahannya menjalankan penindasan atas kebebasan beragama yang menyebabkan jutaan orang di dunia terpaksa berpindah agama atau mengalami pelecehan dan siksaan yang berujung dengan kematian.
“Amerika memainkan peranan penting di dunia, sehingga calon presiden harus memiliki visi yang tegas mengatasi krisis global yang berkembang ini,” kata Curry.
Curry menambahkan Open Doors berkeinginan membawa setiap individu lepas dari penderitaan dan penganiayaan. “Karena kami bertahun-tahun menjadi saksi penganiayaan memilukan yang dihadapi oleh orang-orang yang ditindas karena agamanya,” kata Curry.
Calon Presiden AS
Bakal calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton – saat berkampanye di New Hampshire pada Desember 2015 – menyebut penganiayaan terhadap umat Kristen di tangan ekstremis adalah tindakan genosida.
Clinton berargumen genosida adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan penganiayaan karena sudah memiliki bukti yang cukup. “Saya sudah sering menjumpai keadaan tersebut, karena yang terjadi saat ini adalah pengucilan terhadap penganut kepercayaan minoritas di Timur Tengah,” kata Clinton, seperti diberitakan CNN International.
Bila Hillary berpendapat bahwa penganiayaan terhadap umat Kristen dia sebut sebagai genosida, maka beberapa waktu lalu, di tempat terpisah, calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Joseph Trump, memiliki gagasan ekstrem melarang umat muslim masuk wilayah AS, akibat tingginya angka kekerasan yang dilakukan kelompok ekstremis ISIS (Islamic State Iraq and Syria).
Namun Trump kemudian meralat pernyataan yang dia buat sendiri, karena dengan terpilihnya Wali Kota London beragama Islam, Sadiq Khan, maka larangan tersebut tidak berlaku bagi Khan. (christiantoday.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...