Presiden Baru Afrika Tengah: Mengatasi Kebencian Agama
BANGUI, SATUHARAPAN.COM – Presiden Sementara, Republik Afrika Tengah (CAR), Catherine Samba-Panza, mengingatkan bahea pasukan internasional yang ada di negara itu tidak cukup untuk memulihkan perdamaian, dan meminta lebih banyak pasukan internasional.
Dia menyatakan siap untuk memangku jabatan baru pada hari Kamis (23/1). Pernyataannya muncul sehari setelah para pejabat PBB mendesak negara-negara Afrika untuk memperkuat misi militer atau menghadapi risiko lanjutan terjadinya genosida.
"Jumlah pasukan ini tidak cukup untuk mendapatkan kembali ketertiban di Bangui," kata Samba-Panza dalam komentar yang dipublikasikan di surat kabar Prancis, Le Parisien, hari Kamis (23/1).
Dia juga negara-negara Eropa lainnya akan mengikuti contoh Perancis. Samba-Panza menegaskan prioritas pemerintahnya adalah mengembalikan keamanan, membawa rakyat kembali bekerja.
Kekerasan mencekik warga sipil akibat milisi Kristen melawan milisi Seleka dari kelompok Muslim. Seleka mengklaim telah membunuh 10 orang lebih pada hari Rabu (22/1) di ibu kota Afrika Tengah, Bangui, kata saksi mata.
Utusan PBB tentang pencegahan genosida, hak asasi manusia , anak-anak dan kekerasan seksual dalam konflik Adama Dieng, telah menyerukan Dewan Keamanan PBB untukmengambil tindakan yang lebih tegas.
Hanya ada 4.000 tentara dari 6.000 yang dijanjikan telah dikerahkan di negara itu, terutama di Bangui. "Ada kebutuhan mendesak untuk pengerahan pasukan penjaga perdamaian MISCA secepat mungkin," kata Dieng dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB di New York.
Ancaman Genosida
Dieng mengatakan pada kunjungannya bulan Desember terkejut dengan tingkat kebencian yang telah dibangun antara penduduk Muslim dan Kristen karena pemerintah telah kehilangan kontrol. "Ada risiko tinggi terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.”.
Uskup Agung Bangui, Dieudonne Nzapalainga, dan imam Bangui, Oumar Kobine Layama, selama perjalanan ke Paris menyatakan menyesalkan bahwa sebagian besar negara itu tetap di bawah kendali para panglima perang.
Para pemimpin agama mendesak masyarakat internasional untuk mendukung Samba-Panza. "Setiap orang harus berada di belakangnya untuk mewujudkan transisi. Kita harus mendukungnya, mendorong dia, membantunya, " kata Nzapalainga.
Samba-Panza menghadapi " tantangan besar " termasuk melucuti senjata paraanggota milisi serta menyatukan kembali mereka ke dalam masyarakat, kata uskup agung itu menambahkan.
Sejarah Panjang Kudeta
Misili Seleka melancarkan kudeta pada Maret 2013 terhadap Michel Djotodia, sebagai presiden Muslim pertama negara itu. Kudeta itu memicu kekacauan lanjutan di negara miskin tersebut. Kerusuhan terbaru di ibu kota Bangui, di mana 1.000 orang dilaporkan meninggal bulan lalu dalam bentrokan antara milisi Kristen dan Muslim. Peristiwa ini hanya 48 jam setelah Samba-Panza dipilih sebagai presiden sementara.
Samba-Panza menggantikan Djotodia yang mundur pada 10 Januari di bawah tekanan regional yang kuat atas kegagalan untuk membendung kekerasan yang telah menyebabkan separoh dari 4,6 penduduk negara itu mengungsi.
Djotodia berkuasa dengan menggulingkan Presiden Francois Bozize, menambah catatan kudeta di negara yang telah memiliki sejarah panjang kudeta, dan pemberontakan militer.
Mengatasi Kebencian Agama
Samba-Panza mengatakan bahwa pemerintahnya mencari jalan untuk memulihkan keadaan dan menyembuhkan kebencian agama. "Kami memiliki ribuan pemuda bersenjata, baik Seleka dan anti Balaka (milisi Kristen ). Jika kita melepaskan mereka ke jalan, kami tidak akan bisa memecahkan masalah," kata dia.
Samba-Panza mengatakan, pemerintah baru harus menemukan cara untuk memberikan peluang baru bagi orang-orang muda. Afrika tengah merupakan negara bekas koloni Perancis yang sangat miskin, tetapi kaya sumber daya alam.
"Keadaan ini sering menimbulkan kemarahan, dalam kemiskinan ekstrim dan tanpa masa depan, orang-orang muda terdorong untuk perilaku kerasan," kata dia.
Presiden baru ini benar-benar bergantung pada dana asing untuk mengisi kas pemerintah yang kosong. Pada hari Senin (20/1), donor internasional menjanjikan US$ 496 juta bantuan ke negara itu untuk 2014.
Kerusuhan di CAR menyebabkan masalah kerawanan pangan, bahkan kelaparan di negara itu, karena petani melewatkan dua musim tanam. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...