Presiden Brasil Dianggap Permalukan Dubes Indonesia di Istana
BRASILIA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Brasil, Dilma Rousseff, pada hari Jumat (20/2) menolak untuk menerima surat-surat kepercayaan dari Duta Besar Indonesia, kendati oleh kalangan resmi pejabat Brasil hal itu tidak disebutkan sebagai penolakan, melainkan hanya penundaan belaka. Kementerian Luar Negeri Indonesia dilaporkan telah menarik dubes tersebut dan menganggap perlakuan Brasil sebagai tidak layak dan tidak bersahabat.
AFP melaporkan, penolakan atau penundaan tersebut diduga dimaksudkan untuk menunjukkan kemarahan Rousseff pada pelaksanaan hukuman mati bulan lalu kepada seorang warga Brasil yang dituduh melakukan penyelundupan narkoba.
Menurut The Wall Street Journal, selama acara resmi di ibu kota Brasil, Rousseff menerima mandat dari duta besar negara El Salvador, Panama, Venezuela, Senegal, dan Yunani. Duta Besar Indonesia Toto Riyanto tidak hadir pada upacara tersebut, meskipun kantor Rousseff membantah bahwa ketidakhadirannya merupakan balasan atas eksekusi.
"Kami pikir penting adanya evolusi dalam situasi saat ini untuk memperjelas hubungan diplomatik Indonesia dengan Brasil," kata Rousseff saat ia menerima surat-surat kepercayaan dari dari duta besar lima negara, minus Indonesia.
Rousseff mengatakan penerimaan surat-surat kepercayaan dari Dubes Indonesia agak tertunda sedikit sehubungan dengan perselisihan Jakarta dan Brasilia mengenai nasib seorang lagi warga Brasil yang akan menjalani eksekusi hukuman mati, yaitu
Rodrigo Gularte, 42 tahun.
Ia divonis hukuman mati sejak 2004 untuk penyelundupan 6 kg kokain ke Indonesia yang disembunyikan di papan surfing. Keluarga Gularte telah mencoba untuk mendapatkan grasi, tetapi ditolak. Dokter telah menetapkan bahwa dia menderita paranoid skizofrenia, yang pada keadaan normal seharusnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
Media Brasil melaporkan bahwa diplomat negara itu telah mengirimkan permintaan tertulis kepada kepala penjara agar dipindahkan.
Jakarta telah dua kali menolak permohonan grasi.
Rekan senegara Gularte, Marco Archer dieksekusi oleh regu tembak bulan lalu atas penyelundupan narkoba meskipun Rousseff secara pribadi telah menyampaikan imbauan pribadi untuk meminta pengampunan.
Archer dieksekusi bersama lima orang lainnya yang dihukum karena pelanggaran narkoba, termasuk warga asing. Ini merupakan eksekusi pertama yang dilakukan di bawah Presiden baru Joko Widodo.
Rousseff memperingatkan kemudian bahwa hubungan bilateral akan terluka sebagai hasilnya.
Tanggal untuk eksekusi Gularte belum ditetapkan jelas.
Menyinggung tidak hadirnya Dubes Indonesia pada upacara penerimaan surat-surat kepercayaan Rousseff mengatakan "Apa yang kami lakukan adalah keterlambatan sedikit penerimaan identitasnya, itu saja."
Sementara itu, news.com.au, sebuah portal berita Australia mengatakan Indonesia telah memanggil pulang dubes untuk Brasil tersebut setelah mengalami apa yang oleh Jakarta dipandang sebagai perlakuan yang tidak dapat diterima pada upacara resmi.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan seorang pejabat Kemenlu RI pergi ke istana Presiden Brasil untuk menyerahkan surat-surat kepercayaan, tetapi upacara tersebut ditunda, dan itu dipandang sebagai tindakan "tidak bersahabat".
Dalam sebuah pernyataan, Kemenlu Indonesia mengatakan tidak ada negara asing yang dapat mengganggu penegakan hukum di Indonesia terhadap penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Editor : Eben Ezer Siadari
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...