Presiden Brasil Sambut Api Olimpiade
BRASILIA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Brasil, Dilma Rouseff mengemukakan Brasil menyambut gembira kedatangan atlet dari berbagai negara yang akan bertanding di Olimpiade, yang ditandai dengan diterimanya api Olimpiade yang telah diarak di berbagai negara dan lintas benua.
“Brasil siap menyambut ajang ini, dengan datangnya obor olimpiade, kami akan mengingat hari ini sebagai hari yang tercatat dalam sejarah," kata Rousseff saat menerima api Olimpiade dari Ketua Komite Penyelenggara Olimpiade 2016, Carlos Arthur Nuzman di Bandara Juscelino Kubitschek, Brasilia, Brasil, hari Selasa (3/5).
Seperti disarikan dari situs resmi olimpiade, rio2016.com arak-arakan obor Olimpiade telah tiba di Brasil. Komite Olimpiade Internasional (IOC) menggunakan pesawat penerbangan khusus LATAM Airlines yang mendarat di ibu kota Brasil pada Selasa (3/5), obor tersebut diarak dengan melalui berbagai tempat terkemuka di dunia antara lain Museum Olimpiade di Lausanne, Swiss dan kantor perwakilan PBB di Jenewa, Swiss.
Ketua Komite Penyelenggara Olimpiade 2016, Carlos Arthur Nuzman mengemukakan selama 95 hari obor Olimpiade akan mengunjungi lebih dari 300 kota di seluruh Brasil, sebelum tiba di Stadion Maracana, di Rio de Janeiro, Brasil saat upacara pembukaan Olimpiade pada 5 Agustus 2016.
Beberapa saat setelah memberi kata sambutan, Rouseff menyerahkan obor olimpiade ke atlet voli putri Brasil, Fabiana Claudino yang akan mulai berlari secara simbolis mengarak obor tersebut ke berbagai kota di Brasil.
Awal Mula Obor Olimpiade Dinyalakan
Obor Api Olimpiade tersebut awalnya disulut dari sumbernya pada 21 April 2016 dalam sebuah upacara tradisional di Kuil Hera di Olympia, Yunani.
Api tersebut dinyalakan dengan cara tradisional yakni satu orang memegang obor yang didekatkan ke cermin parabola yang memantulkan panas dan digunakan untuk menyalakan api dengan sinar matahari. Obor Olimpiade diarak secara simbolis oleh atlet dari berbagai negara di Eropa.
Salah satu momen penting dalam arak-arakan obor Olimpiade yakni terjadi Selasa (26/4) saat atlet difabel yang juga pengungsi asal Suriah yang ada di Athena, Yunani, Ibrahim Al Hussein turut serta dalam membawa obor Olimpiade tersebut.
“Adalah sebuah kehormatan bagi saya mengarak olimpiade ini, setidaknya saya juga menjadi bagian dari ajang prestisius ini,” kata Al Hussein.
Dalam catatan situs resmi Olimpiade, Al Hussein adalah atlet renang difabel namun pada 2012 dia kehilangan kaki kiri sebab bom mortir mencederai kakinya akibat perang berkepanjangan di Suriah. Saat mengarak api olimpiade, Al Hussein dikelilingi ratusan anak-anak pengungsi.
“Ini adalah kesempatan bagi saya untuk membuktikan kepada dunia, dengan api olimpiade ini saya berharap semua perang akan berakhir dan bahwa setiap orang dapat kembali ke rumah mereka dalam damai,” kata Al Hussein. (rio2016.com).
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...