Perundingan Yaman Terhenti oleh Serangan Syiah Houthi
Perundingan Terhenti Akibat Kelompok Pemberontak Syiah Houthi Menyerang Sejumlah Basis Militer yang Loyal pada Pemerintah.
KUWAIT, SATUHARAPAN.COM – Utusan PBB kembali bertemu secara terpisah dengan delegasi dari pihak yang berperang di Yaman sebagai upaya memulai kembali perundingan perdamaian, menurut PBB, hari Selasa (3/5).
Perundingan yang diselenggarakan di Kuwait terhenti akibat protes oleh delegasi pemerintah yang meninggalkan pertemuan.
Delegasi pemerintah keluar dari perundingan pada hari Minggu (1/5) memprotes serangan dan pendudukan oleh pemberontak terhadap salah satu pangkalan militer kelompok yang loyal pada pemerintah di pegunungandi wilayah utara. Serangan itu pukulan bagi pembicaraan perdamaian yang dimulai pada 21 April.
Serangan itu terjadi hanya sehari setelah delegasi para pihak yang bertika mengadakan pertemuan tatap muka pertama dalam upaya untuk mengakhiri perang. Konflik bersenjata di Yaman telah menewaskan lebih dari 6.400 orang dan menyebabkan sekitar 2,8 juta orang mengungsi sejak Maret tahun lalu.
Utusan PBB, Ismail Ould Cheikh Ahmed, bertemu delegasi pemerintah dan pemberontak dpada hari Senin, menurut AFP. Pertemuan sebagi upaya untuk menemukan resolusi cepat bagi penyelesaian perebutan basis Al-Amaliqa dari pemberontak yang mengasai pada hari Sabtu, meskipun sejak April 11 disepakati gencatan senjata.
Serangan ke Basis Militer
Komando tampaknya telah disiapkan untuk tidak melawan ketika pemberontak menyerbu pangkalan di Provinsi Amran itu. Sekarang hampir semua (pangkalan militer di sana) berada di bawah kendali mereka, kata sumber-sumber suku dan militer.
Menteri Luar Negeri Yaman, Abdulmalek al-Mikhlafi, yang memimpin delegasi pemerintah, mengatakan kepada Sky News Arabia bahhwa tidak akan ada pembicaraan lanjutan, langsung atau tidak langsung dengan pemberontak, sampai mereka menarik diri dari kamp dan memberi jaminan tidak akan ada pelanggaran lapi pada kesepakatan gencatan senjata.
Meskipun ada intervensi militer koalisi yang dipimpin Arab Saudi yang mendukung pemerintah sejak Maret tahun lalu, para pemberontak dan sekutu mereka masih menguasai ibu kota Yaman, Sanaa. Mereka juga menguasai banyak wilayah di pegunungan utara dan tengah dan pantai Laut Merah.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...