Presiden Harap Guru Latih Membuat Aplikasi dan Merakit Motor
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo menegaskan kembali mengenai pentingnya pendidikan vokasi di Indonesia. Dia menginginkan agar dilakukan peningkatan kualitas baik sarana maupun prasarana dari sekolah-sekolah kejuruan yang ada.
Kepala Negara mendapatkan laporan bahwa seharusnya yang namanya guru di SMK itu seharusnya 70 persen merupakan guru pelatih, tetapi yang terjadi sekarang ini guru SMK itu banyak yang guru normatif.
“Ini yang harus mulai dilakukan training sehingga guru-guru SMK itu lebih banyak yang bisa melatih seperti merakit sepeda motor dan membuat aplikasi-aplikasi. Jangan terus menerus kita linier, monoton, dan terjebak rutinitas yang tidak ada loncatan perubahan," kata Presiden Jokowi saat membuka acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) Tahun 2017, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, hari Kamis (26/1).
Demikian pula dengan materi yang diajarkan dalam sekolah-sekolah kejuruan. Menurutnya, sekolah-sekolah kejuruan yang ada saat ini masih belum menemukan fokus yang lebih spesifik terhadap pengajarannya. Pengajaran yang tidak terfokus secara tepat tentunya akan memberikan hambatan dalam mempersiapkan tenaga kerja yang lebih terampil dan berkemampuan.
"Saya lihat dari dulu sampai sekarang yang namanya SMK itu jurusannya jurusan bangunan, jurusan mesin, dan jurusan listrik. Kenapa tidak ada hal-hal yang spesifik di situ? Misalnya di Jerman ada jurusan spesifik hanya membuat jendela saja dan memasang jendelanya, membuat pintu dan memasang pintu,” contohnya.
“Kalau ini tidak diantisipasi dan anak-anak didik kita tidak kita siapkan secara baik, betul-betul kita akan ditinggal dan kalah dalam kompetisi ke depan," dia menambahkan.
Presiden mengakui, bahwa menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul memang bukanlah perkara mudah. Banyak hal yang masih harus dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Kondisi itulah yang menjadi pekerjaan rumah seluruh pihak agar bangsa Indonesia dapat tampil sebagai pemenang dalam persaingan global.
"Perlu saya sampaikan bahwa tenaga kerja kita sekarang ini 42,5 persen itu adalah lulusan SD, 66 persen adalah lulusan SD dan SMP, 82 persen itu lulusan SD, SMP, dan SMA. Inilah kondisi yang harus saya sampaikan apa adanya dan ini menjadi pekerjaan rumah kita agar sumber daya manusia kita ini betul-betul disiapkan,” katanya.
“Kalau kualitasnya tidak kita siapkan, ini justru akan menjadi bumerang bagi negara kita, bagi kita semuanya," dia menegaskan. (PR)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...