Presiden Harap Muhammadiyah Ikut Wujudkan Keadilan Sosial
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap warga Muhammadiyah untuk ikut mewujudkan kedaulatan dan keadilan sosial di Indonesia.
"Semoga dari sini hadir gagasan-gagasan berkemajuan untuk mewujudkan kedaulatan dan keadilan sosial di Tanah Air kita," kata Presiden Jokowi saat membuka Tanwir Muhammadiyah 2017 di Islamic Center Ambon, Provinsi Maluku, hari Jumat (24/2).
Melalui keterangan tertulis, Presiden mengatakan tema yang diusung Muhammadiyah yaitu "Indonesia Berkemajuan" merupakan kekuatan yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Misi tersebut dapat terwujud melalui jalur pendidikan, kesehatan, dan aktivitas sosial lainnya.
"Saya percaya kalau misi Indonesia berkemajuan ini akan menjadi sebuah kekuatan yang harus kita jaga terus. Dan kalau komitmen ini kita jaga terus, kalau kita bersama-sama bergotong royong, kita akan dapat mewujudkan masyarakat yang beradab, maju, berdaulat, dan berkeadilan," tambah Presiden.
Presiden Jokowi mengaku bahwa keadilan sosial di Indonesia masih harus terus diupayakan karena masih ada perbedaan harga bahan bakar minyak antara Pulau Jawa dan Papua.
"Bagaimana bisa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kalau ada yang harganya di Jawa Rp 70.000 sedangkan di Papua harganya mencapai Rp 2,5 juta rupiah per sak semen. Yang ini saya belum berhasil, harganya belum turun karena jurusnya belum ketemu tapi insya Allah nanti harganya akan sama," Presiden menegaskan.
Pemerataan Ekonomi Berkeadilan
Pemerintah pun punya tiga sektor penting yang menjadi fokus kebijakan untuk pemerataan ekonomi yang berkeadilan.
"Pada tahapan awal kita akan fokus pada tiga sektor penting, yaitu pertama di reforma agraria dan redistribusi aset, kedua di bidang akses keuangan dan permodalan dan ketiga, dalam peningkatan pembangunan SDM," kata Presiden.
Dalam kebijakan redistribusi aset, pemerintah sedang mengupayakan agar rakyat dapat memiliki bidang tanah yang diakui oleh negara sehingga petani dan masyarakat adat dapat meningkatkan produktivitas mereka dan mengurangi rasio kesenjangan.
"Sekarang ini di kantong saya sudah ada 12,7 juta hektar lahan. Ini yang akan nanti dengan skema-skema khusus dibagikan entah untuk rakyat, koperasi, atau Muhammadiyah. Dengan catatan lahan itu harus produktif dan tidak bisa dijual lagi. Hampir di semua negara kaya memulai perjalanannya menjadi negara maju melalui reforma agraria. Rakyat yang tadinya tidak punya apa-apa diberikan status legal atas lahan yang mereka duduki untuk menjadi seorang pemilik," tambah Presiden.
Sektor kedua adalah akses permodalan. Pemerintah mengupayakan keadilan sosial dengan memberikan akses yang lebih mudah bagi rakyat kecil terhadap permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Akses permodalan yang kita mulai saat ini dengan KUR, interest yang dulu 22 persen sekarang menjadi 9 persen dan akan kita upayakan tekan lagi ke angka 7 persen," ungkap Presiden.
Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
Sementara itu, mengenai sektor pengembangan Sumber Daya Manusia, pemerintah akan fokus kepada pendidikan dan pelatihan vokasi. Dengan angkatan kerja yang lebih didominasi oleh latar belakang pendidikan SD, SMP, dan SMA/SMK, angkatan kerja yang memiliki keterampilan khusus amat dibutuhkan.
"Oleh sebab itu saya menugaskan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dari Muhammadiyah, Prof. Muhadjir, untuk betul-betul fokus pada pendidikan dan pelatihan vokasional. Di dunia pendidikan kita, terutama di sekolah kejuruan, masalahnya ternyata bukan masalah yang mudah. Harusnya di sini itu 70-80 persen pendidiknya adalah guru pelatih. Fakta yang ada 80 persen gurunya adalah guru normatif sehingga keluarannya juga seperti sekolah SMA," tambah Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden mengungkapkan kecintaannya kepada Ambon.
"Jadi saya dua minggu ini datang ke Ambon, yang pertama karena saya cinta Maluku, yang kedua saya cinta Muhammadiyah," kata Presiden yang langsung diikuti riuh tepuk tangan hadirin peserta tanwir Muhammadiyah.
Sejumlah Menteri Kabinet Kerja mendampingi Presiden yaitu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Tampak pula Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPR Setya Novanto, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Gubernur Maluku Said Assagaff dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Setelah membuka Tanwir Muhammadiyah, Presiden meninjau Klinik Apung Said Tuhuleley yang lokasi tidak jauh dari acara pertama. Sebelum meninjau, Presiden menekan tombol sirine kapal dan menandatangani Plakat Kuningan sebagai tanda Peresmian Klinik Apung Said Tuhuleley. (PR)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...