Presiden Jokowi Undang Pebisnis Tiongkok Berinvestasi di RI
Perlambatan ekonomi yang dialami oleh sejumlah negara tak membuat pemerintah Indonesia pesimis dan berhenti membenahi diri.
SHANGHAI, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo mengundang masyarakat internasional untuk datang dan berinvestasi di Indonesia. Presiden menjamin langsung bahwa ia akan memberikan kemudahan bagi para investor dalam menanamkan investasinya di Indonesia.
Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat menjadi pembicara utama dalam forum bisnis yang digelar di Hotel Shangri-La Jing'an, Shanghai, Tiongkok, pada hari Sabtu (3/9).
“Saya menanti Anda datang ke Indonesia. Yakinlah bahwa selama Anda melakukan perjalanan dan berinvestasi di Indonesia, saya akan berada di sana untuk membimbing dan memberi kemudahan," kata Presiden disambut riuh tepuk tangan seisi ruangan.
Dalam pidatonya di hadapan sejumlah pelaku usaha Tiongkok, Presiden menyampaikan optimistisnyanya mengenai kesempatan investasi dan perkembangan ekonomi di Indonesia.
Di tengah kondisi perekonomian dan politik global yang tak menentu, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Indonesia sama sekali tidak memiliki rasa pesimis dalam menghadapi situasi tersebut.
Menurutnya, di tengah tantangan yang muncul menghadang, terdapat sebuah kesempatan besar yang dapat dimanfaatkan.
"Namun di Indonesia, kami tidak memiliki sikap pesimis. Di balik tantangan, terdapat sebuah kesempatan. Kesempatan untuk membangun ekonomi kami, kesempatan untuk membuat ekonomi kami menjadi lebih berkelanjutan, kesempatan untuk meningkatkan ekonomi kami agar tersedia lapangan pekerjaan bagi pekerja kami," ungkap Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sejak 2012 mengalami perlambatan ekonomi. Namun, pemerintah tidak tinggal diam. Indonesia harus mereformasi perekonomiannya dan tetap menatap maju menghadapi segala tantangan yang ada.
"Untuk menghadapi perlambatan ekonomi tersebut, sejak menampuk pemerintahan, kami langsung meluncurkan program pembangunan infrastruktur terbesar dalam sejarah negeri kami," katanya.
Presiden Jokowi juga menambahkan pada September 2015, pemerintah juga melakukan deregulasi kebijakan ekonomi untuk mengurangi aturan-aturan yang dapat menghambat perkembangan industri dan bisnis di Indonesia. Sejak saat itu, sebanyak 13 paket kebijakan ekonomi telah dikeluarkan pemerintah.
"Pada awal tahun ini, kami mulai melihat hasilnya. Tingkat pertumbuhan GDP kami pada kuarter keempat tahun lalu menunjukkan kenaikan dari 4,9 persen menjadi 5,08 persen. Kemudian di kuarter pertama tahun ini, tingkat pertumbuhan GDP kami mengalami penurunan lagi menjadi 4,91 persen. Tapi di kuarter kedua tahun ini kembali meningkat menjadi 5,18 persen," katanya.
Ekonomi dan Pariwisata Semakin Meningkat
Menurut Presiden meskipun banyak negara-negara lain yang mengalami perlambatan ekonomi, namun hal tersebut tak berlaku bagi Indonesia. Terlebih, sejak dua partai politik besar yang belakangan ini menyatakan dukungannya untuk pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dukungan tersebut menjadikan kekuatan pemerintah di parlemen menjadi sangat dominan, yakni sekitar 68 persen.
"Mungkin itu merupakan tingkat tertinggi dari stabilitas politik dari negara manapun di Asia Tenggara sekarang ini. Stabilitas dan kekuatan politik ini memberikan kami kekuatan untuk mengejar bahkan lebih ambisius lagi untuk mereformasi dan juga memodernisasi ekonomi kami," kata Presiden.
Lebih lanjut, Presiden Joko Widodo yakin bahwa Indonesia akan mengalami peningkatan kegiatan manufaktur ke depannya. Secara bertahap dan berkelanjutan, pemerintah Indonesia terus memperbaiki iklim investasi dan kemudahan berusaha di Indonesia.
"Inflasi yang biasanya selalu berada pada kisaran delapan persen pada tahun ini turun menjadi empat persen. Suku bunga kredit yang masih berada pada level double digit kini telah berada pada jalur yang tepat untuk menurunkannya menjadi single digit dalam waktu dekat," katanya.
Presiden Jokowi mengatakan tingginya suku bunga perbankan memang dinilai menghambat ekspansi dunia usaha dalam persaingan global dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, Pemerintah terus berupaya menurunkan suku bunga menjadi single digit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mempercayai sektor pariwisata Indonesia yang akan segera meningkat. Menurutnya, masih sangat banyak keindahan alam Indonesia yang masih belum diketahui masyarakat internasional.
Presiden menyebut bahwa Indonesia tidak hanya memiliki Bali, namun juga Raja Ampat di Papua Barat, Mandalika di Lombok, dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur.
"Anda mungkin ingin segera membeli properti di sana sebelum harganya naik," kelakar Presiden yang diikuti tawa hadirin. (Setpres)
Editor : Eben E. Siadari
BNPT Siap Dampingi Eks Anggota Jamaah Islamiyah
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Eddy Ha...