Presiden: Lebanon Akan “Masuk Neraka” Jika Pemerintah Tak Segera Dibentuk
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Presiden Lebanon, Michel Aoun, mengatakan bahwa negara Lebanon akan "masuk neraka" jika pemerintah tidak segera dibentuk.
Aoun mengatakan hari Senin (21/9), dan juga mengatakan bahwa Lebanon menghadapi krisis, karena pembentukan pemerintahan. Dia mengusulkan penghapusan kuota sektarian di kementerian utama Kabinet yang secara rutin menimbulkan pertengkaran selama proses pembentukan Kabinet, dan dapat membuat prosesnya memakan waktu berbulan-bulan.
Pembentukan kabinet, yang diharapkan dilakukan pada 15 September, telah terhenti, dan kelompok Hizbullah bersikeras agar Kementerian Keuangan dipegang partai politik Syiah, baik Hizbullah atau Partai Amal.
"Karena posisi semakin sulit, tampaknya tidak ada solusi," kata Aoun dalam pidato yang disiarkan televisi, kutipannya diterbitkan di Twitter kepresidenan.
Ketika ditanya apakah ada harapan untuk terobosan dalam pembentukan kabinet, Aoun berkata "mungkin jika ada keajaiban."
Sebelumnya, pada hari Senin (21/9), Perdana Menteri Lebanon yang ditunjuk, Mustapha Adib, mendesak agar kekuatan politik yang bersaing untuk meningkatkan dan membantunya membentuk Kabinet yang diperlukan untuk mengatur negara yang dilanda krisis itu ke jalan menuju pemulihan.
Syarat Bantuan: Reformasi
Negara ini saat ini berada dalam cengkeraman krisis ekonomi dan pemerintah harus melakukan reformasi yang sudah lama tertunda dan sangat dibutuhkan untuk menarik bantuan luar negeri yang dijanjikan oleh Prancis dan donor lainnya.
Para pejabat Amerika Serikat juga menekankan bahwa bantuan tidak akan dikirimkan kecuali reformasi serius dilakukan, namun menjanjikan bantuan bencana lebih dari US$ 17 juta setelah ledakan di Beirut pada Agustus lalu.
Virus corona dan ledakan mematikan di pelabuhan Beirut telah memberikan pukulan berikutnya terhadap ekonomi Lebanon yang sudah lumpuh.
Pemerintahan terakhir, dipimpin oleh Hassan Diab, mengundurkan diri setelah ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus yang menewaskan sedikitnya 190 orang dan menghancurkan seluruh bagian ibu kota.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, tiba di Lebanon tak lama setelah ledakan itu untuk mengajukan peta jalan untuk reformasi, termasuk membentuk kabinet dengan menteri independen dalam waktu dua pekan. Diab sebelumnya mengaku masih berkomitmen untuk membentuk kabinet seperti itu. (Reuters/Al Arabiya)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...