Presiden: Penerapan Demokrasi Tidak Mudah
NUSA DUA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbagi kisah tentang pelaksanaan pemilihan umum presiden baru-baru ini dalam Forum Demokrasi Bali (Bali Democracy Forum/BDF) VII di Nusa Dua, Bali, Jumat (10/10). Ia mengakui bahwa penerapan demokrasi bukanlah hal yang mudah.
“Pemilihan umum tidak mudah dilaksanakan. Itu melelahkan, rumit, mahal, memecah belah dan bahkan emosional... Tidak ada yang mengatakan bahwa demokrasi itu mudah,” kata Presiden dalam acara tahunan yang dilaksanakan sejak 2008 itu.
Namun, lanjut dia, ketika nanti presiden baru dilantik, Indonesia akan membuktikan pada rakyatnya dan masyarakat dunia, bahwa Indonesia mampu melakukan transfer kekuasaan secara damai dan konstitusional.
Presiden kemudian menjelaskan bahwa sekitar 135 juta rakyat Indonesia telah turut ambil bagian dalam salah satu proses pemilihan umum terbesar di dunia yang melibatkan 500 juta bilik suara untuk memilih lebih dari seribu anggota parlemen serta presiden dan wakil presiden.
Ia mencatat kesuksesan penyelenggaraan pemilu di Indonesia itu sebagai satu dari sejumlah keberhasilan transfer kekuasaan dengan damai di dunia, antara lain Aljazair, Brazil, Fiji, India, Iran, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Turki.
Namun presiden berpendapat, di tengah sejumlah keberhasilan pelaksanaan pemilu dari seluruh dunia, kondisi internasional juga dihadapkan pada situasi yang sulit dengan memburuknya hubungan di antara negara-negara maju. Ia merujuk pada kasus di Ukraina yang melibatkan negara-negara maju dan sengketa di Asia Timur.
“Kita juga menjadi saksi transisi demokrasi yang tidak mulus, terutama di Timur Tengah,” katanya merujuk pada Mesir, Irak, Tunisia dan Libya.
Oleh karena itu, ia berharap BDF dapat terus tumbuh dan berkembang serta menawarkan pengalaman-pengalaman terbaik dalam pelaksanaan demokrasi bagi negara-negara di dunia.
Forum diskusi demokrasi bagi negara-negara kawasan Asia Pasifik tersebut, dipimpin oleh Presiden Yudhoyono bersama Presiden Filipina Benigno Simeon Aquino III.
Dua kepala pemerintahan yang secara rutin menghadiri acara tersebut, yaitu Sultan Brunei Darussalam, Sultan Hassanal Bolkiah dan Perdana Menteri (PM) Timor Leste, Kay Rala Xanana Gusmao.
Wakil Ketua BDF VII, Wahid Supriadi merincikan para peserta yang hadir di forum tingkat menteri itu antara lain para menteri luar negeri dari Papua Nugini, Korea Selatan, Sri Lanka, Brasil, Maladewa, dan Mongolia, serta wakil menteri dari Bangladesh, Iran, Jepang, Namibia, Hongaria, Singapura, dan Tiongkok. Forum ini dihadiri setidaknya 85 perwakilan negara-negara sahabat. (Ant)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...