Presiden Perintahkan Militer Filipina Gempur Abu Sayyaf
MANILA, SATUHARAPAN.COM – Presiden Filipina Benigno Aquino memerintahkan Angkatan Bersenjata Filipina (Armed Forces of Philippines/AFP) dan Polisi Nasional Filipina (Philippines National Police/PNP) untuk mengerahkan kekuatan terbaik guna menggempur kelompok ekstremis Abu Sayyaf yang memenggal kepala warga Kanada John Ridsdel, yang berada di antara empat sandera diculik oleh ekstremis tersebut.
“Kami berkukuh PNP-AFP tidak akan lelah dalam upaya bersama mengejar dan melakukan upaya penegakan hukum dalam skala luas terhadap seluruh kelompok yang menggagalkan perdamaian dan keamanan,” kata Sekretaris Komunikasi Presiden Filipina, Herminio Coloma menyampaikan keterangan resmi kepresidenan tersebut seperti diberitakan Philippines Star hari Rabu (27/4).
Ridsdel ditawan bersama dengan sesama warga Kanada Robert Hall, warga Norwegia Kjartan Sekkingstad, dan warga Filipina, Maritess Flor. Abu Sayyaf juga menahan 14 warga negara Indonesia dan empat asal Malaysia di Sulu dan Basilan.
“Kami memberikan rasa simpati terdalam kami dan belasungkawa kepada pemerintah Kanada dan keluarga John Ridsdel yang meninggal dunia akibat ulah Abu Sayyaf,” Coloma menambahkan.
“Kami mengutuk tindakan kejam dan tidak manusiawi ini dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf dan menegaskan bertekad menentang terorisme dalam segala bentuknya,” dia menambahkan.
Aquino pada Senin (25/4) memerintahkan kepala AFP Letnan Jenderal Glorioso Miranda dan Direktur Jenderal PNP Ricardo Marquez untuk melakukan operasi militer dan tindakan penegakan hukum yang tepat untuk menyelamatkan empat sandera.
Presiden menginstruksikan pemerintah daerah untuk bekerja sama dengan satuan tugas AFP-PNP untuk menjamin keamanan warga setempat agar tidak terkena dampak aksi terorisme.
Mayor Filemon Tan, juru bicara Komando Militer Filipina Mindanao Barat mengatakan operasi melawan Abu Sayyaf telah dilakukan di wilayah Di Zamboanga City bahkan sebelum pemenggalan Ridsdel ini.
Tan mengatakan pasukannya bertempur menghadapi Abu Sayyaf hari Minggu (24/4) di kota Patikul, Provinsi Sulu, Filipina. Tan menjelaskan dalam pertempuran tersebut banyak anggota ekstremis Filipina tersebut terbunuh. “Pasukan kami terus menekan serangan di wilayah tersebut,” katanya.
Dia mengatakan tiga divisi angkatan udara yang berbasis di Zamboanga telah memberikan dukungan udara untuk operasi darat. Tan mengatakan Pasukan Patroli Udara Mindanao Barat (Naval Forces West Mindanao/NFWM) juga menempatkan dua helikopter serang siaga di Jolo.
Kepala Kantor Urusan Umum AFP, Kolonel Noel Detoyato mengatakan militer telah melancarkan serangan artileri hari Senin (25/4) di wilayah yang dikuasai Abu Sayyaf di Patikul dan daerah Talipao.
Upaya sebelumnya oleh militer untuk menyelamatkan para sandera mengalami kegagalan ketika pasukan yang dikirim untuk mengamankan pantai Tipo-tipo di Basilan mengalami kekalahan dari pasukan ekstremis.
“Kami telah kehilangan lebih dari selusin tentara baik untuk operasi penyelamatan tetapi kami tidak akan menghentikan usaha kami mengejar bandit (ekstremis Abu Sayyaf, red) ini dalam rangka membebaskan semua sandera, agar keadilan tercipta kepada rekan-rekan kita yang menjadi korban,” kata Noel.
Ridsdel Meninggal Dunia Dipancung
Laki-laki asal Kanada yang menjadi tawanan, John Ridsdel meninggal dunia setelah kelompok ekstremis Abu Sayyaf, menurut cbc.ca hari Senin (25/4), memancung kepalanya setelah tenggat waktu pembayaran tebusan tidak dibayarkan.
Menurut pejabat yang mengetahui soal perundingan dengan Abu Sayyaf, pemerintah Kanada menemui jalan buntu dalam negosiasi soal tebusan.
Dalam video yang dirilis situs intelijen SITE dan diberitakan Inquirer.net hari Jumat (15/4), beberapa anggota kelompok Abu Sayyaf terlihat berdiri bersama dengan empat sandera antara lain John Ridsdel dan Robert Hall asal Kanada, Kjartan Sekkingstad asal Norwegia dan Marites Flor asal Filipina.
Abu Sayyaf telah menyandera empat orang tersebut sejak 21 September 2015, saat mereka berlibur di sebuah resor di Pulau Samal Provinsi Davao del Norte Filipina.
Kelompok militan yang memiliki koneksi dengan al-Qaeda dan berbasis di Filipina itu meminta uang tebusan sebesar 21 juta dolar Amerika Serikat (Rp 284 miliar) masing-masing bagi tiga laki-laki dan seorang perempuan yang mereka tangkap.
Pihak Keluarga dan Kerabat Sedih
Ridsdel adalah mantan eksekutif sebuah perusahaan minyak dan pertambangan yang kini telah pensiun, dan dia ditangkap saat berlibur di Filipina. Rekan kerja Ridsdel, Don Kossick mengemukakan Ridsdel adalah pribadi yang baik.
“Ketika saya melihat namanya tercantum di media, saya merasa dia adalah bagian dari diri saya. Saya masih berpikir sepertinya dia tidak mungkin,” kata Kossick.
“Dia adalah orang yang baik dan suka berteman dan sangat antusias. Dia mencintai kehidupan dan hidup dengan penuh dengan keluarga dan teman-teman di pusat,” kata Kossick.
Kerabat lainnya, Sandy Hunter mengemukakan Ridsdel adalah pribadi yang bersahabat. “Saya ingat dia pernah datang ke pernikahan rekan kami, sangat baik,” kata Hunter.
Hunter mengatakan ia berterima kasih atas kenangan yang mereka habiskan bersama pada tahun 1970-an. (philstar.com/cbc.ca/inquirer.net).
Editor : Bayu Probo
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...