Trump Kritik Kebijakan Politik Luar Negeri Obama
WASHINGTON D.C., SATUHARAPAN.COM – Kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump mengkritik politik luar negeri AS di bawah kepemimpinan presiden saat ini, Barack Husein Obama sebagai tindakan yang mengacaukan politik dunia
Menurut Trump, berbagai kebijakan Obama memicu kebangkitan kelompok ekstremis Islamic State Iraq and Syria atau Negara Islam Irak Suriah (ISIS/NIIS).
“Kebijakan AS di Irak, Suriah, dan Libya memicu kebangkitan Negara Islam dan sekutu teroris,” kata Trump saat berkampanye di Washington D.C, seperti diberitakan USA Today hari Rabu (27/4).
“Saya tidak akan pernah mengirim prajurit terbaik berperang kecuali jika diperlukan, dan maksud saya benar-benar diperlukan, dan hanya akan melakukannya jika kita memiliki rencana yang sudah pasti meraih kemenangan,” kata Trump.
Trump mengkritik saat ini Amerika Serikat seharusnya membantu umat Kristen di negara-negara yang terancam kelompok ekstremis radikal, tetapi jika mereka menghargai komitmen perdamaian AS.
Trump mengatakan, andai terpilih presiden, dia akan memperbaiki berbagai masalah antara lain militer AS yang harus berkomitmen kepada perdamaian, negara-negara sekutu harus memberikan kontribusi bagi organisasi seperti NATO (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara), hubungan AS yang kurang baik dengan Israel, dan beberapa negara di Asia akan dia perbaiki.
“Andai terpilih, saya akan melihat, dunia melalui lensa yang jelas dari kepentingan Amerika,” kata Trump.
Kritikus Trump Angkat Bicara
Beberapa orang yang diminta pendapat oleh USA Today menggambarkan pidato Trump sebagai pidato yang sangat kacau, dan tidak ada runtutan antarkalimat yang koheren antara satu kalimat hingga paragraf berikutnya.
Senator Lindsey Graham, mantan kandidat presiden dari Partai Republik, menjelaskan kebijakan luar negeri Trump sebagai pemikiran yang terisolasi dan dikelilingi oleh alur pemikiran yang terputus.
“Trump kurangnya memiliki pemahaman ancaman yang dihadapi Amerika Serikat,” kata Graham seperti diberitakan USA Today.
Mantan negosiator AS untuk Timur Tengah, Aaron David Miller, mengemukakan apa yang dijelaskan Trump bertentangan dengan keadaan faktual, terutama bila menyoroti penggunaan kekuatan dan mempertahankan aliansi.
Pengajar di Woodrow Wilson International Center for Scholars itu menyebut pidato Trump layaknya mesin penyedot debu yang dinyalakan.
“Karena Trump tidak memiliki cara memadukan kebijakan politik dari satu pemimpin ke mantan pemimpin AS lainnya,” kata Miller.
Miller memprediksi ada kejadian buruk akan menimpa Trump dan politik luar negeri AS bila pebisnis real-estat asal New York tersebut terpilih sebagai presiden. (usatoday.com)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...