Presiden: Tunisia Keadaan Darurat 30 Hari
Jadi Target Teroris Karena Demokrasi dan Islam Moderat.
TUNIS, SATUHARAPAN.COM – Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi, menyatakan keadaan darurat nasional negara itu dan memberlakukan jam malam di Tunisia. Keputusan ini diambil setelah serangan bom mematikan pada hari Selasa (24/11) terhadap bus pengawal presiden di ibu kota.
"Akibat peristiwa yang menyakitkan ini, tragedi besar ini ... Saya memberitakan keadaan darurat selama 30 hari di bawah ketentuan hukum, dan memberlakukan jam malam di Tunis pada pukul 9:00 (waktu setempat) sampai pukul 05:00," katanya dalam pidato televisi, Selasa (24/11) malam, seperti dikutip AFP.
Serangan pada bus pengawal presiden menewaskan 12 orang. Beji Caid Essebsi mengatakan bahwa negara dalam "perang melawan terorisme." Dia juga menyerukan kerja sama internasional melawan ekstrimis yang telah melakukan beberapa serangan di seluruh dunia dalam beberapa pekan terakhir.
"Saya ingin meyakinkan orang-orang Tunisia bahwa kita akan mengalahkan terorisme," kata Essebsi. Dia sendiri tidak berada di dalam bus itu ketika diserang pada hari Selasa di pusat ibu kota. Kantor kepresidenan juga mengatakan bahwa dia membatalkan perjalanan ke Swiss yang telah dijadwalkan pada hari Rabu (25/11) ini.
Demokrasi dan Islam Moderat
Sementara itu, Partai Islam Tunisia, Ennahda, mengecam serangan mematikan terhadap pengawal presiden negara itu dan mendesak Tunisia untuk bersatu di belakang pasukan keamanan untuk memburu para pelaku.
Dalam sebuah pernyataan, partai Ennahda menyatakan bahwa "Tunisia ditargetkan karena menerapkan demokrasi dan merupakan model Islam moderat."
Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan pada hari Selasa itu, meskipun Tunisia telah mengalami dua serangan besar oleh ekstremis Islam tahun ini.
Partai itu meminta semua rakyat Tunisia untuk bersatu. "Di saat-saat bersejarah, kita harus memperbaharui kepercayaan kita dalam pasukan keamanan dan tentara," kata pernyataan Ennahda.
Partai ini memenangkan pemilu legislatif setelah pemberontakan Musim Semi Arab di Tunisia, tetapi harus berjuang menghadapi kekerasan dan ketidakstabilan. Sekarang partai ini tidak lagi memerintah, tetapi tetap menjadi salah satu kekuatan politik terkemuka.
Duta Besar: China Bersedia Menjadi Mitra, Sahabat AS
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-China bersedia menjadi mitra dan sahabat Amerika Serikat, kata duta besar C...