Presiden Ukraina dan Oposisi Sepakati Atasi Krisis Berdarah
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Presiden Ukraina dan oposisi mencapai kesepakatan pada hari Jumat (21/2) untuk mengatasi krisi politik yang semakin berdarah di negara itu. Kesepakatan dicapai dalam negosiasi hari Kamis hingga larut malam yang diawasi oleh wakil dari Uni Eropa dengan mediator anggota parlemen yang ditunjuk oleh Rusia.
Penandatanganan kesepakatan yang menyangkut roadmap dilakukan pada hari umat tengah hari pukul: 12.00 siang waktu setempat. Demikian dikatakan dari kantor kepresidenan Ukraina, Viktor Yanukovich, tanpa memberikan rincian, seperti dikutip Ria Novosti.
Para pejabat Uni Eropa sebelumnya menjelaskan bahwa negosiasi itu berlangsung dengan "sangat sulit." Tiga menteri Uni Eropa, dari Polandia, Jerman dan Prancis, yang hadir pada negosiasi itu tidak segera mengomentari pernyataan presiden.
Para pejabat Uni Eropa menghadiri pembicaraan pada Kamis itu berharap adanya rencana pemerintah sementara dan pemilihan awal yang bisa membawa perdamaian di negara itu.
Menteri Luar Negeri Prancispada hari Kamis mengatakan bahwa belum ada kesepakatan mengenai peta jalan yang diusulkan untuk mengatasi yang dimulai pada bulan November setelah Yanukovich menolak kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa dan berbalik bekerja sama dengan Rusia.
77 Orang Meninggal
Bentrokan antara demonstran anti pemerintah dan polisi telah menyebabkan sedikitnya 77 orang meninggal selama tiga hari aksi. Petugas medis oposisi memperkirakan angka yang lebih tinggi.
Pihak berwenang dan oposisi saling tuduh siapa yang menghasut pada kejadian terakhir kekerasan yang meletus pada hari Selasa (18/2) setelah sekelompok demonstran berbaris menuju gedung parlemen.
Sebuah gencatan senjata dilakukan hari Rabu, namun kemudian terjadi bentrokan kembali. Puluhan orang meninggal pada hari Kamis (20/2), terutama akibat luka tembak.
Tokoh oposisi menuduh pasukan keamanan menembaki demonstran, sementara pihak berwenang menyatakan bertahan terhadap gerakan anti pemerintah yang semakin banyak memiliki senjata dan agresif. Mereka mengaku berusaha untuk mencegah serangan terhadap kekuasaan.
Sedikitnya 13 polisi meninggal dalam bentrokan itu. Dan perkiraan Kementerian Kesehatan menyebutkan sekitar 577 orang mencari bantuan medis, meskipun jumlah sebenarnya orang yang terluka diyakini jauh lebih besar.
Seebelum pernyataan presiden dirilis, Standard & Poor’s menurunkan peringkat kredit lembaga-lembaga keuangan Ukraina. Disebutkan masa depan kepemimpinan negara itu tampak makin tidak pasti daripada sebelumnya sejak krisis dimulai. Hal ini bisa mempengaruhi pengiriman bantuan keuangan yang dijanjikan oleh Rusia.
Kekerasan telah memukul mata uang Ukraina, biaya asuransi utang negara telah meningkat dan jenderal senior yang dipecat Yanukovich merupakan pukulan lain akibat pertumpahan darah, membuat suasana menciptakan rasa takut lagi. (ria.ru /ap)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...