Presiden Ukraina: Perang Hanya Bisa Diakhiri dengan Diplomasi
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Perang Ukraina hanya dapat diselesaikan melalui "diplomasi," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, hari Sabtu (21/5) di tengah kebuntuan dalam negosiasi antara Kiev dan Moskow.
“Akhirnya akan melalui diplomasi,” katanya kepada saluran televisi Ukraina. Perang “akan berdarah, akan ada pertempuran, tetapi hanya akan berakhir secara definitif melalui diplomasi.”
“Diskusi antara Ukraina dan Rusia pasti akan berlangsung. Dalam format apa saya tidak tahu, dengan perantara, tanpa mereka, dalam kelompok yang lebih luas, di tingkat presiden," katanya.
“Ada hal-hal yang hanya bisa dicapai di meja perundingan,” katanya. “Kami ingin semuanya kembali (seperti sebelumnya),” tetapi “Rusia tidak menginginkan itu,” katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Hasil negosiasi, yang dapat mencakup berbagai topik “sesuai dengan waktu pertemuan”, harus “adil” untuk Ukraina, Zelenskyy menekankan.
Presiden berbicara tentang sebuah dokumen tentang jaminan keamanan bagi negaranya, dengan mengatakan itu akan ditandatangani oleh “teman dan mitra Ukraina, tanpa Moskow.” Sebuah diskusi bilateral akan diadakan dengan Rusia pada saat yang sama, tambahnya.
Dia juga mengingat prasyarat mutlak Kiev untuk melanjutkan pembicaraan bahwa Rusia tidak membunuh pasukan Ukraina yang membela pabrik baja Azovstal di Mariupol.
Zelenskyy mencatat pasukan Rusia “menawarkan kemungkinan, menemukan cara bagi orang-orang ini untuk keluar hidup-hidup,” dari Azovstal. “Yang paling penting bagi saya adalah menyelamatkan jumlah maksimum orang dan tentara.”
Menurut Moskow, 2.439 orang Ukraina telah menyerah di pabrik tersebut sejak 16 Mei, 500 terakhir pada hari Jumat (20/5).
Pada hari Selasa, negosiator utama Kiev, Mykhaylo Podolyak, mengatakan pembicaraan dengan Rusia "ditunda" setelah berlangsung secara teratur pada tahap awal konflik tetapi tanpa hasil yang substansial.
Hari berikutnya juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menuduh pihak berwenang Kiev tidak ingin melanjutkan pembicaraan untuk mengakhiri permusuhan. “Pembicaraan memang tidak bergerak maju dan kami mencatat kurangnya keinginan negosiator Ukraina untuk melanjutkan proses ini,” katanya. Pembicaraan terakhir terjadi pada 22 April, menurut kantor berita Rusia.
Setelah gagal merebut Kiev setelah invasi 24 Februari ke Ukraina, pasukan Rusia sekarang berkonsentrasi di bagian timur negara itu, di mana bentrokan sengit sedang berlangsung. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...