Presiden Ukraina Terguling Minta Perlindungan Rusia
KIEV, SATUHARAPAN.COM- Presiden Ukraina terguling, Viktor Yanukovych, menganggap dirinya masih sebagai kepala negara Ukraina yang sah. Namun dia meminta pemerintah Rusia menjamin keamanan pribadinya. Dia menyatakan hal itu pada Kamis (27/2), namun tidak diketahui keberadaannya.
"Saya masih menganggap diri saya sebagai kepala negara Ukraina yang sah," kata Yanukovych dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita Rusia. Hal itu merupakan pernyataannya yang pertamanya sejak dia menghilang pada 22 Februari.
"Saya terpaksa meminta Federasi Rusia untuk menjamin keamanan pribadi saya dari tindakan ekstremis," kata dia. Menurut dia, keputusan terbaru parlemen Ukraina "tidak memiliki karakter yang sah."
Pernyataan Yanukovych itu menurut kantor berita AFP, dirilis secara bersamaan oleh tiga kantor berita utama Rusia, namun tidak memberikan petunjuk lebih lanjut tentang keberadaannya.
Potensi Konflik Militer
Sementara itu, situs Russia Today menyebutkan bahwa Viktor Yanukovich memperingatkan potensi konflik internal militer, dan tindakan ekstrimis yang mengambil alih kekuasaan di Ukraina.
"Di jalan-jalan kota negara kita, ekstremisme tumbuh subur. Ancaman kekerasan fisik ditujukan pada saya dan rekan saya. Saya terpaksa meminta pihak berwenang Rusia untuk menjamin keamanan pribadi saya terhadap tindakan ekstrimis," kata Yanukovich.
Negara tenggara Ukraina, Crimea tidak mengakui pemerintahan baru di Ukraina yang menggantikan "para pemimpin yang dipilih oleh rakyat,” kantor berita mengutip pernyataan itu.
Yanukovich juga mengatakan bahwa dia tidak memerintahkan militer Ukraina untuk campur tangan dalam peristiwa politik dalam negeri, dan dia tidak memberikan perintah sekarang, kata pernyataan itu. "Jika seseorang memberi perintah kepada angkatan bersenjata atau keamanan, perintah ini akan tidak sah, kriminal," kata Yanukovich.
Pada hari Minggu (23/2) parlemen Ukraina menunjuk Aleksandr Turchinov sebagai penjabat Presiden Ukraina. Kekuatan oposisi menyingkirkanYanukovich dari kekuasaannya dengan memanfaatkan ketidakhadirannya dari ibu kota, dan menetapkan pemilu segera pada 25 Mei.
Sehari kemudian, pada hari Senin (23/2), parlemen Ukraina (Rada) menempatkan Yanukovich pada daftar orang yang dicari atas dugaan keterlibatan dalam pembunuhan massal selama kerusuhan di ibu kota, Kiev.
Pada hari Selasa (24/2) parlemen Ukraina mendukung suara menyatakan buronan Yanukovich untuk diadili di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, atas tuduhan "kejahatan terhadap kemanusiaan selama protes damai baru-baru ini."
Keberadaan Yanukovych tetap tidak diketahui. Namun berbagai berita dari Rusia dan Ukraina menyebut kemungkinan di di Crimea atau di Moskow dalam penjagaan sekelompok orang bersenjata.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...