Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 19:02 WIB | Selasa, 11 Maret 2025

Presiden Ukraina Tiba di Arab Saudi Menjelang Pertemuan Puncak Dengan AS

Apa yang akan dibahas delegasi Ukraina dan AS?
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, tiba untuk menghadiri KTT Uni Eropa di gedung Dewan Eropa di Brussels, Kamis, 6 Maret 2025. (Foto: AP/Omar Havana)

JEDDAH, SATUHARAPAN.COM-Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, tiba di Arab Saudi pada hari Senin (10/3) untuk bertemu dengan putra mahkota yang berkuasa menjelang pertemuan timnya dengan diplomat tertinggi Amerika Serikat.

Meskipun Zelenskyy sendiri tidak akan hadir, timnya akan mencoba memperbaiki kerusakan yang terjadi ketika kunjungannya pada tanggal 28 Februari ke Washington berubah menjadi pertengkaran di Ruang Oval dengan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance.

Yang dipertaruhkan adalah bantuan militer dan intelijen yang sebelumnya ditawarkan oleh Amerika Serikat yang telah membantu Kiev sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.

Televisi pemerintah Arab Saudi melaporkan kedatangan Zelenskyy di Jeddah, sebuah kota pelabuhan di Laut Merah tempat pertemuan puncak Ukraina-AS berlangsung pada hari Selasa (11/3) .

Zelenskyy dijadwalkan bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman beberapa saat setelah matahari terbenam, setelah berakhirnya puasa harian selama bulan suci Ramadhan.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, juga sedang dalam perjalanan ke Jeddah. Namun, tampaknya Rubio dan Zelenskyy tidak akan bertemu langsung di sana, meskipun menteri luar negeri tersebut juga akan bertemu dengan Pangeran Mohammed.

Zelenskyy mengatakan sebuah tim yang terdiri dari kepala stafnya Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Andriy Sybiha, dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov akan mengambil bagian dalam pembicaraan tersebut pada hari Selasa. Rubio akan memimpin tim Amerika.

Jika Ukraina dan AS mencapai kesepahaman yang dapat diterima Trump, hal itu dapat mempercepat dorongan pemerintahannya untuk perundingan damai. Namun, negara-negara Eropa lainnya tetap skeptis karena hal itu telah dikesampingkan.

Uni Eropa pekan lalu setuju untuk meningkatkan pertahanan benua itu dan membebaskan ratusan miliar euro untuk keamanan sebagai tanggapan atas perubahan sikap pemerintahan Trump terhadap Ukraina.

Tuan Rumah Arab Saudi

Arab Saudi akan menjadi tuan rumah perundingan pada hari Selasa antara Amerika Serikat dan Ukraina dalam upaya diplomatik baru setelah pertengkaran meletus selama kunjungan Presiden Volodymyr Zelenskyy pada tanggal 28 Februari ke Gedung Putih.

Kerajaan yang kaya minyak itu mungkin tampak seperti tempat yang tidak biasa untuk perundingan yang bertujuan untuk memperlancar hubungan setelah ledakan itu. Namun, Arab Saudi di bawah Putra Mahkota yang tegas Mohammed bin Salman telah memposisikan dirinya sebagai lokasi yang ideal untuk kemungkinan perundingan damai antara Kiev dan Moskow — dan bahkan perundingan tatap muka pertama antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump.

Berikut ini hal-hal yang perlu diketahui tentang mengapa pertemuan ini diadakan dan peran Arab Saudi:

Mengapa Pembicaraan Ini Diadakan?

Pejabat AS dan Ukraina akan bertemu setelah pertemuan di Ruang Oval antara Zelenskyy, Trump, dan Wakil Presiden AS JD Vance berakhir dengan perdebatan luar biasa selama 10 menit di hadapan wartawan.

Trump pada satu titik menegur Zelenskyy dengan marah, "Anda mempertaruhkan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara."

Zelenskyy akhirnya meninggalkan Gedung Putih tanpa menandatangani kesepakatan yang mencakup pemberian akses AS ke mineral tanah jarang Ukraina.

Kiev berharap kesepakatan itu akan memastikan aliran dukungan militer AS yang sangat dibutuhkan Ukraina saat berperang melawan Rusia dalam perang yang dimulai setelah invasi besar-besaran Moskow pada Februari 2022.

Di Mana Pembicaraan Akan Diadakan?

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (7/3) mengidentifikasi lokasi pembicaraan sebagai Jeddah, kota pelabuhan di Laut Merah. Tidak jelas mengapa kerajaan memilih Jeddah dan bukan Riyadh, ibu kota Saudi tempat perundingan awal Rusia-AS berlangsung pada 18 Februari. Namun, Jeddah telah menjadi tuan rumah bagi sejumlah pertemuan diplomatik di masa lalu dan merupakan rumah bagi istana-istana kerajaan.

Kementerian Luar Negeri mengatakan kerajaan akan terus mengupayakan "perdamaian abadi untuk mengakhiri krisis Ukraina."

"Kerajaan telah melanjutkan upaya ini selama tiga tahun terakhir dengan menyelenggarakan banyak pertemuan mengenai masalah ini," kata kementerian tersebut.

Siapa Yang Akan Hadiri?

Zelenskyy berencana untuk mengunjungi Arab Saudi pada hari Senin menjelang perundingan. Sebelumnya, ia menunda perjalanan ke kerajaan tersebut setelah melakukan perjalanan ke negara tetangga Uni Emirat Arab, yang juga telah dianggap sebagai tempat yang memungkinkan untuk perundingan perdamaian antara Kiev dan Moskow.

"Kami terus berupaya pada langkah-langkah yang relevan dengan mitra kami yang menginginkan perdamaian, yang menginginkannya sama seperti kami," kata Zelenskyy pada hari Jumat. "Akan ada banyak pekerjaan di sini di Eropa, dengan Amerika di Arab Saudi — kami sedang mempersiapkan pertemuan untuk mempercepat perdamaian dan memperkuat fondasi keamanan."

Zelenskyy menulis di internet bahwa sebuah tim yang terdiri dari kepala stafnya Andriy Yermak, Menteri Luar Negeri Andriy Sybiha, dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov yang akan ikut bersamanya ke Arab Saudi akan mengambil bagian dalam pembicaraan tersebut. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio akan memimpin tim Amerika untuk pembicaraan Ukraina dan bertemu dengan Pangeran Mohammed.

Sybiha juga berbicara pada hari Jumat dengan Rubio menjelang perundingan. Sybiha menggambarkannya sebagai "seruan yang membangun." Sebuah pernyataan dua kalimat dari Departemen Luar Negeri mengatakan Rubio "menekankan Presiden Trump bertekad untuk mengakhiri perang sesegera mungkin dan menekankan bahwa semua pihak harus mengambil langkah-langkah untuk mengamankan perdamaian yang berkelanjutan."

Trump sendiri terdengar optimis di Air Force One pada hari Minggu ketika berbicara kepada wartawan. "Saya pikir Anda akan mendapatkan pada akhirnya — dan mungkin tidak dalam waktu dekat — Anda akan mendapatkan beberapa hasil yang cukup bagus dari Arab Saudi minggu ini," kata Trump.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, ditanya pada hari Senin (10/3) tentang perundingan tersebut, mengatakan: "Tidak masalah apa yang kita harapkan. Yang penting adalah apa yang diharapkan Amerika Serikat."

Mengapa Perundingan Ini Diadakan di Arab Saudi?

Sejak memegang kekuasaan di Arab Saudi, Pangeran Mohammed mengambil sikap agresif baik di dalam maupun luar negeri. Citra publiknya mencapai titik nadirnya dengan pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, pada tahun 2018 di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, yang diyakini oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain sebagai perintah sang pangeran.

Namun, dalam dua tahun terakhir, Pangeran Mohammed malah mencapai detente dengan Iran, menjamu Zelenskyy untuk pertemuan puncak Liga Arab dan terlibat dalam negosiasi mengenai perang di Sudan dan Jalur Gaza.

Riyadh juga mempertahankan hubungan dengan Rusia melalui kartel minyak OPEC+ sementara negara-negara Barat mengenakan sanksi terhadapnya. Itu menegaskan kembali peran yang selama ini dianggap dimiliki kerajaan itu — menjadi pemimpin dunia Muslim Sunni dan kekuatan dominan di Timur Tengah.

Menjadi tuan rumah pembicaraan Rusia-AS, mungkin menarik Trump ke kerajaan itu untuk perjalanan luar negeri pertamanya dalam masa jabatan ini melalui investasi dan kemungkinan pertemuan lainnya hanya meningkatkan profil Arab Saudi lebih jauh sebagai wilayah netral untuk negosiasi berisiko tinggi. Pemerintahan otokratis Arab Saudi, media yang patuh, dan jarak dari perang juga memungkinkan perundingan berlangsung di negara yang dikontrol ketat dengan privasi relatif.

Apa Artinya bagi Perang dan Dunia?

Trump tetap fokus untuk mencapai semacam kesepakatan damai guna menghentikan perang. Pendekatannya terhadap Ukraina sejauh ini lebih mengandalkan “hukuman” daripada “wortel” — membatasi akses mereka ke intelijen dan persenjataan. Meskipun bersikap lunak terhadap Putin, Trump baru-baru ini juga mengancam sanksi baru terhadap Rusia atas serangannya yang tak henti-hentinya terhadap kota-kota Ukraina.

Jika Ukraina dan AS mencapai semacam kesepahaman yang dapat diterima Trump, hal itu dapat mempercepat dorongan pemerintahannya untuk berunding. Namun, negara-negara Eropa lainnya tetap skeptis karena mereka telah dikesampingkan dari perundingan. Uni Eropa minggu lalu setuju untuk meningkatkan pertahanan benua itu dan membebaskan ratusan miliar euro untuk keamanan. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home