Profesor China Klaim Dipecat karena Alasan Politik
BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Profesor Xia Yeliang (53), ekonom liberal di China, menyatakan dipecat dari Universitas Peking karena alasan politik, termasuk dukungannya bagi reformasi dan penegakan hukum.
Dalam wawancara dengan media-media Barat, Xia Yeliang, seperti bisa dibaca di BBC News dan VOA, mengatakan pada Jumat lalu ia menerima pemberitahuan dari universitas itu bahwa kontraknya tidak akan diperpanjang setelah berakhir Januari nanti.
Xia Yeliang mengatakan pertemuan komite fakultas Universitas Peking menyetujui pemberhentiannya dengan suara 30 banding tiga, dan satu suara abstain.
Xia dikenal sebagai aktivis demokrasi yang vokal di China. Ia adalah salah seorang penandatangan “Piagam 08”, petisi tahun 2008 oleh para aktivis China, yang mendesak reformasi politik di negara yang hanya memiliki satu partai politik itu.
Perancang utama petisi itu Liu Xiaobo, kini berada di penjara setelah dijatuhi hukuman 11 tahun. Liu kemudian memenangkan hadiah Nobel bagi Perdamaian.
Xia Yeliang mengatakan pejabat Universitas Peking di Beijing membantah pemberhentiannya karena alasan politik. Tetapi, ia yakin telah dihukum karena pandangan-pandangan pro-demokrasinya. Pihak berwenang di Universitas Peking mengatakan kinerja Xia Yeliang sebagai dosen telah menimbulkan keprihatinan di universitas itu.
Posisi Xia Yeliang di Universitas Peking telah menjadi bahan spekulasi di media sosial China dan menarik perhatian para akademisi internasional.
Lebih dari 130 dosen di Wellesley College di Massachusetts, AS, seperti dilaporkan VOA, menandatangani sebuah petisi bulan lalu, mendesak kampus mereka mempertimbangkan kembali hubungan dengan Universitas Peking jika Xia dipecat.
Beberapa universitas di Amerika dan di beberapa negara lain menjalin kemitraan dengan universitas-universitas di China untuk mendapatkan akses ke dunia pendidikan di negara itu.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...