Profesor UI: Pilkada DKI Barometer Iklim Bisnis RI di Dunia
Untuk meningkatkan citra Indonesia di kancah dunia, pilkada di Jakarta maupun di Indonesia harus diselenggarakan dengan baik, demokratis, serta memajukan sistem elektorik dalam pemilihan umum maupun pilkada.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Guru besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, mengatakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta sangat mempengaruhi iklim bisnis, investasi, dan citra Indonesia di kancah dunia.
Pakar manajemen penulis buku Change itu, meminta calon gubernur maupun petahana, serta masyarakat tidak mengangkat isu bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang bisa menciptakan gangguan investasi dan kegaduhan politik di dalam negeri.
Hal itu dikatakan Rhenald Kasali kepada satuharapan.com di Pendopo Learning Centre Bank Indonesia (LCBI), Jakarta, hari Jumat (7/10).
“Tentu, karena dunia sedang bicara tentang diversity (keanekaragaman). Dunia bicara tentang diversity. Kalau kita bisa tidak mengangkat tema-tema yang sifatnya SARA dan para calon-calon gubernur maupun petahana tidak memperbesar masalah SARA itu baik buat kita, karena London saja Wali Kotanya saja sudah Muslim,” kata Rhenald.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, saat ini dunia sedang menantikan pagelaran pertunjukan keanekaragaman. Walaupun, kata dia, Amerika Serikat sedang melahirkan calon pemimpin yang rasis seperti Donald Trump.
“Tapi di akar rumput, masyarakat menghendaki kebersamaan, menghendaki pasar yang lebih terbuka, itu selalu terjadi begitu,” kata Rhenald.
“Nah kalau kita bisa, minimal mencegah agar tidak bertengkar soal SARA itu, seperti kemarin terjadi soal surat Al-Maidah itu. Setelah kita baca ulang, kalau kita para elite bisa baca kan, ternyata tidak seperti itu. Tapi kan sudah digoreng. Yang menarik adalah para pendukung maupun non pendukung sudah mengademkan, buat adem.”
Baca juga: Ahok Klarifikasi Tuduhan Penghinaan Agama
“Kalau ini kita bisa terus mempertontonkan - terlepas dari kita pilih atau tidak, Si A atau si B - tapi kita mempertontonkan sebuah pertunjukan yang cantik, saya kira dunia akan melihat Indonesia sebagai sebuah contoh diversity yang damai, karena itu dampaknya luas pada investasi, ke pariwisata, perdagangan itu dampaknya luas sekali. Kalau dunia bisa melihat itu bagus, itu menurut saya yang pertama, paling penting itu,” dia menegaskan.
Demokratis
Lebih lanjut, Komisaris Utama PT. Angkasa Pura II itu mengatakan untuk meningkatkan citra Indonesia di kancah dunia, pilkada di Jakarta maupun di Indonesia harus diselenggarakan dengan baik, demokratis, serta memajukan sistem elektorik dalam pemilihan umum maupun pilkada.
“Yang kedua adalah masalah bagaimana kita mengatur pilkada ini dengan baik. Kan dulu masih terjadi bakar-bakaran, ribut, korupsi suara lapor ke MK (Mahkamah Konstitusi), MKnya disogok, dulu terjadi seperti itu. Nah, kita harus mempertontonkan demokrasi yang bersih,” kata dia.
“Yang ketiga kita harus mempertontonkan teknologi, pemakaian teknologi, karena di dunia itu orang nyoblos itu, milih suara sudah menggunakan sistem elektronik. Indonesia kan belum, tapi paling tidak kontrolnya dengan menggunakan elektronik,” dia menambahkan.
Sementara itu terhadap para haters (pembenci) di media sosial, Rhenald dapat memaklumi. Menurut dia, hampir seluruh dunia memiliki haters, meskipun telah dilarang oleh undang-undang di masing-masing negara.
Namun yang terpenting kata Rhenald adalah bahwa masyarakat Indonesia tidak menunjukkan perilaku-perilaku anarkistis yang berdampak pada gangguan keamanan dalam negeri.
“Kita sudah lihat, kita kawal pemilu waktu itu (2014). Itu kan bagus kalau kita bisa jaga itu. Dunia bisa melihat hal yang baik. Tapi di seluruh dunia yang namanya haters itu sama, di Singapura ada padahal dilarang oleh undang-undang, di Amerika banyak, di Inggris banyak, tapi kalau kita bicara tentang haters yang selama ini kita lihat itu hal yang biasa, robot yang bekerja selama ini,” katanya.
“Cuman perilaku- perilaku kita yang riel, yang tidak mempertontonkan adu otot, adu kekuatan, militer yang terlibat. Saya kira kalau kita bisa meminimalisir itu semua, itu bagus citra bangsa kita. Efek turunannya banyak,” dia menegaskan.
Editor : Eben E. Siadari
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...