Program Pangan PBB Pangkas Proyek karena Kekurangan Dana
SYDNEY, SATUHARAPAN.COM - World Food Programme (WFP, Program Pangan) PBB merampingkan beberapa proyek di sejumlah negara karena mengalami penurunan pendanaan sebesar satu miliar dolar Amerika (sekitar Rp 12 triliun), dengan biaya yang melonjak untuk beberapa misi seperti di Suriah, ujar direkturnya pada Senin (3/2).
Ertharin Cousin tengah berada di Australia sebagai bagian dari turnya untuk menggalang dukungan bagi badan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut di antara banyak negara donatur dan sektor swasta, guna membantu memberikan makanan kepada mereka yang kelaparan di seluruh dunia.
“Kami memiliki kebutuhan sekitar 1 miliar dolar Amerika lebih besar dari pendapatan yang kami perkirakan untuk 2014,” ujar direktur eksekutif kepada AFP.
Dia mengatakan, ransum atau jatah makan dalam beberapa program di negara-negara seperti Haiti, Nigeria, Mali, dan Kenya, terpaksa dikurangi. Tempat pengungsi di Kamp Dadaab mengalami pemangkasan sebesar 10 persen pada Desember dan 10 persen berikutnya pada bulan lalu, “karena kami kekurangan uang untuk memberi makan semua orang.”
Biaya melonjak untuk operasi sulit dan berbahaya di Suriah, tempat WFP berusaha untuk menjangkau 4,25 juta orang yang kelaparan dengan biaya sebesar 40 juta dolar Amerika (sekitar Rp 484 miliar) setiap pekannya.
Sebuah misi udara pada Desember meliputi 120 penerbangan makanan dari Irak ke Qamishli di kawasan Al-Hasakah Suriah, yang terisolasi selama 12 bulan terakhir, menelan biaya sebesar 800.000 dolar Amerika (sekitar Rp 9,68 miliar, Red). Itu pun, kata Cousin, hanya bisa memberi 6.000 orang.
Dia mengatakan, “ada ratusan ribu orang di Suriah yang tidak bisa kami jangkau secara berkala, tapi menekankan bahwa bantuan itu tetap disalurkan, itu berarti kami melakukan sebuah perubahan.”
Operasi udara yang mahal juga dipertimbangkan untuk Republik Afrika Tengah yang didera perang, tempat Cousin mengatakan lebih dari 50 truk WFP berada di perbatasan menunggu pengawalan bersenjata dan sekitar 800.000 pengungsi membutuhkan makanan.
“Kami berencana untuk mengirimkan makanan pekan depan dari Kamerun ke Bangui City,” katanya. “Ini akan lebih banyak menguras biaya dan lebih sedikit orang yang akan menerima bantuan, tetapi jika kami tidak memulainya pekan depan kami tidak akan memiliki cukup makanan yang tersisa untuk memberi makan orang-orang di Republik Afrika Tengah lagi.”
Cousin mendorong lebih banyak donatur individu dan sektor swasta, menyoroti badan anak-anak PBB UNICEF sebagai model. Mereka menerima lebih dari 60 persen pendanaan melalui jalur tersebut, dibandingkan dengan WFP yang hanya menerima lima persen. (AFP/Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...