Project “Penta Klabs” Menangi Grand Prize YouFab Award di Jepang
SEMARANG, SATUHARAPAN.COM – Di tengah berbagai kepanikan menghadapi virus corona, berita menggembirakan datang dari komunitas asal Semarang Kolektif Hysteria. Akhir bulan lalu Kolektif Hysteria memenangkan Grand Prize YouFab Global Creative Awards 2019 di Shibuya, Tokyo, Jepang.
Penghargaan tersebut merupakan apresiasi tertinggi dalam event tahunan yang dihelat oleh Fabcafe Tokyo di bawah manajemen Loftwork Inc, yakni sebuah perusahaan kreatif global yang mempunyai cabang di Hong Kong, Hida, Tokyo, Kyoto, Bangkok, Taipei, Barcelona, Toulouse, Strasbourg, Monterrey. Pencapaian tersebut sekaligus menjadi prestasi dan kebanggaan tersendiri bagi Kolektif Hysteria, mengingat dari awal penyelenggaraan hingga tahun 2018 grand prize selalu diraih oleh peserta dari Jepang dan Amerika Serikat.
Loftwork Inc mendedikasikan untuk membuat dampak positif melalui desain dengan berbagai inovator di seluruh dunia. Salah satu terobosannya adalah YouFab Award, sebuah kompetisi global yang mencari inovasi teknologi dari para seniman, inovator, maupun maker dari dunia yang mencari solusi atau inspirasi dari relasi tradisional antara individu dan industri untuk kepentingan masyarakat. Award ini sudah berlangsung sejak 2012 dan memenangkan banyak inovasi menggunakan teknologi.
Bersaing dengan 285 peserta dari 43 negara Kolektif Hysteria mengajukan Penta KLabs (sites spesifik art project biennale) sebagai sebuah project untuk berlomba dengan berbagai inovasi lain menggunakan pendekatan artificial intellegent, big data analytics, internet of things.
Dalam YouFab Global Creative Awards 2019, project Penta KLabs mengangkat tema 'Conviviality: Emerging from the space between the old and new OS' yang mencoba memperbincangkan relasi antara yang manual dan digital, perubahan terus-menerus dalam operating system secara sosial maupun kultural. Karya Hysteria bersanding dengan 20 finalis lain dari berbagai negara dipamerkan Februari lalu di Shibuya QWS, Tokyo.
Menariknya dalam project Penta Klabs, Kolektif Hysteria tidak menawarkan pemanfaatan teknologi yang fancy atau advance, tetapi dari kerja-kerja pengorganisasian yang bersentuhan dengan darah dan daging. Bandingkan misalnya karya The Common Thread, Amir Zobel dan Itay Blumenthal (Israel) yang meraih First Prize yang menggunakan teknologi pemrosesan data spesifik, atau Bird Language karya Helena Nikonole + Credits: Veronica Samotskaya, Natalia Soboleva, Konstantin Yakovlev, Nikita Prudnikov (Russia) yang mencoba alat penerjemah bahasa burung ke manusia dan sebaliknya.
Ahmad Salahadin atau biasa dipanggil Adin, Direktur Hysteria menyatakan sejak awal memang tidak mengulik software dan hardware seperti kebanyakan orang hari ini yang disibukkan membuat start up untuk menjadi unicorn. Seperti diketahui di Indonesia fenomena gojek membuat orang berlomba membuat start up dan berburu investor dan mitos smart city mendorong kota berlomba mencipta aplikasi-aplikasi baru tanpa mengetahui siapa user-nya.
Dalam pandangan Adin, hal tersebut bukannya tidak baik tetapi perburuan eksesif seperti itu tak jarang menemui kesia-siaan karena salah strategi. Alih-alih terlibat dalam proses itu semua, Hysteria justru menggunakan aplikasi yang sudah tersedia seperti media sosial populer lain untuk sarana advokasi komunitas.
Mayoritas karya peserta lain sangat teknologis dan canggih seperti lazimnya karya-karya new media art atau multimedia. Karya-karya berbasis big data, sensor maupun artificial intelligent banyak disajikan. Hysteria justru menciptakan sesuatu yang manual seolah membawa perhelatan menengok ke belakang apa yang sudah dicapai teknologi demi kebaikan masyarakat.
“Karya kami platform dan festival, artwork itu network, dan tugas kesenimanan adalah social engineering.” jelas Adin dalam sambungan telepon kepada Satuharapan.com, Sabtu (28/3).
Alih alih menciptakan start up berbasis digital, Hysteria justru menggunakan aplikasi yang sudah tersedia untuk memaksimalkan kerja-kerja advokasi di masyarakat. Misalnya waktu ramai kasus seruan banning terhadap aplikasi TikTok karena dianggap sampah dengan trigger meet and greet Bowo Alpenliebe, Hysteria justru menggunakan TikTok untuk membuat video dengan latar belakang situs penting di kampung misalnya pepunden (tempat bersemayamnya leluhur) di Rembang.
Hysteria juga menggunakan Open Street Map dan Ushahidi untuk platfom pemetaan hingga akhirnya diundang ikut berpameran di Pasific Place dalam Big Data Fest oleh Mediatrec. Selain itu untuk keperluan mengungkap cerita di kampung bersama seniman Inggris, Liam Symth Hysteria menggunakan Aurasma (belakangan dibeli oleh HP) untuk menciptakan augmented reality. Eksperimen itulah yang dilakukan Hysteria dalam menyiasati teknologi. Di samping itu melalui Penta KLabs Hysteria menghubungkan jejaring yang kompleks antara kamu/kami/ kita, kelas/kampus, komunitas, kampung, dan kota dalam sebuah festival bersama merespons isu spesifik di tempat yang khusus.
“Relevansi, konteks, dan signifikansi adalah kata-kata kunci untuk menggambarkan kerja-kerja Hysteria yang berhubungan langsung dengan isu perkotaan di mana ia bertumbuh.” imbuh Adin.
Kolektif Hysteria meraih grand prize YouFab Global Creative Awards 2019 menyisihkan peserta lain dari Thailand, Rusia, Meksiko, Israel, Malaysia, Jerman, UK, China, Belanda, Denmark, AS, Jepang, dan Estonia.
Selain Grand Prize yang dimenangkan Kolektif Hysteria, First Prize YouFab Global Creative Awards 2019 diberikan kepada Amir Zobel dan Itay Blumenthal (Israel) dengan project yang berjudul The Common Thread.
Tiga special prize masing-masing diberikan untuk project Stand/Azumi Maekawa (Jepang), Bird Language/Helena Nikonole + Credits: Veronica Samotskaya, Natalia Soboleva, Konstantin Yakovlev, Nikita Prudnikov (Russia), dan Life/ Time/ Witaya Junma (Thailand). Project berjudul Pills&Bombs yang dibuat oleh Dr.Ops (Seed Bombs) Camila De Ezkauriatza (Monterrey, Meksiko) meraih Student Prize, sementara General Prize diberikan kepada Suzy Sulaiman (Malaysia) untuk project berjudul Jungle of Nusa.
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...