Protes Tiongkok Biksuni Tibet Bakar Diri
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Seorang biksuni Tibet membakar dirinya di wilayah barat daya Tiongkok pada akhir pekan, ujar sebuah laporan dan kelompok kampanye, dalam aksi protes terbaru terhadap kekuasaan Tiongkok.
Aksi bakar diri oleh biksuni tersebut, yang nama dan usianya tidak diketahui, terjadi pada Sabtu (30/3) di Prefektur Otonomi Kardze Tibet di provinsi Sichuan, menurut organisasi advokasi Free Tibet asal Inggris dan Radio Free Asia (RFA) yang didanai Amerika Serikat.
Kalsang Gyaltsen, seorang anggota dewan dari pemerintahan pengasingan Tibet di India, mengatakan kepada RFA bahwa wanita tersebut membakar dirinya saat berjalan mengelilingi sebuah biara – ibadah ritual yang dilakukan warga Tibet.
“Warga Tibet yang berada di lokasi kejadian langsung mengintervensi dan memadamkan api itu, serta membawanya ke rumah sakit,” ujar Gyaltsen kepada RFA.
Stasiun radio itu mengutip sumber yang enggan disebutkan namanya saat mengatakan dia membakar dirinya untuk menunjukkan penentangan terhadap kekuasaan Beijing di wilayah yang dihuni warga Tibet.
Sedangkan organisasi Free Tibet dalam laporannya pada Minggu (30/3) mengatakan bahwa jalur komunikasi ke wilayah Bathang, lokasi terjadinya insiden tersebut, diputus dan tindakan pengamanan ditingkatkan.
Sedikitnya 125 warga Tibet di Tiongkok sudah melakukan aksi bakar diri sejak 2009, menurut Free Tibet dan RFA.
Insiden terbaru ini adalah yang ketiga di bulan ini setelah dua warga Tibet meninggal di provinsi Sichuan pada 16 Maret.
Maret adalah bulan yang sensitif bagi warga Tibet yang tinggal di Qinghai dan Sichuan sama seperti warga yang tingal di wilayah Tibet. Pemimpin spiritual mereka Dalai Lama meninggalkan Tiongkok pada 10 Maret 1959 setelah pemberontakan yang gagal.
Pada bulan Maret 2008, kerusuhan mematikan meletus di ibu kota Tibet, Lhasa dan menyebar ke daerah lain.
Beijing menuduh Dalai Lama telah mendorong separatis.. Tiongkok juga mengatakan pemerintahannya telah membawa manfaat sosial dan ekonomi di Tibet dan klaim mengakhiri feodalisme di Tibet.
Dalai Lama, peraih Nobel Perdamaian yang tinggal di India, menggambarkan aksi bakar diri sebagai tindakan putus asa dan ia tidak berdaya untuk menghentikannya.
Kelompok-kelompok HAM menyebut aksi protes adalah reaksi terhadap kontrol ketat Beijing atas hak-hak azasi di Tibet, termasuk dalam menjalankan agama. (AFP)
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...