Proton, Sempat Mendunia Kini Merugi
SATUHARAPAN.COM – Proton kini menjadi pembicaraan di Tanah Air. Langkah perusahaan itu menggaet PT Adiperkasa Citra Lestari milik Jenderal (Purn) Hendropriyono untuk merencanakan produk mobil bersama di Indonesia, mengejutkan berbagai pihak. Selain karena PT Adiperkasa dianggap tidak memiliki rekam jejak di dunia otomitif, pilihan terhadap Proton juga banyak memunculkan pertanyaan. Sebab, kinerja perusahaan ini tidak dalam kondisi yang baik.
Proton Holdings Berhad atau Proton merupakan perusahaan otomotif milik Malaysia. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1983 yang merupakan inisiatif dari Perdana Menteri Malaysia saat itu Mahathir Mohammad dan dinobatkan sebagai perusahaan mobil nasional satu-satunya sampai muncul Perodua pada 1993.
Proton merupakan singkatan dari Perusahaan Otomobil Nasional Sendirian Berhad. Awalnya Proton menggunakan teknologi dari perusahaan otomotif asal Jepang yaitu Mitsubishi namun kini perusahaan tersebut berhasil mengembangkan teknologinya sendiri.
Desain Proton dirancang oleh orang-orang pribumi dan sudah dipasarkan di 26 negara. Pasar terbesar Proton adalah di Asia dan negara pertama yang menjadi target pertama Proton adalah Singapura. Setahun setelah model pertama diluncurkan, pada tahun 1986, Proton telah berhasil meluncurkan 10.000 buah mobil.
Tahun berikutnya lebih dari 50.000 unit Proton Saga telah diproduksi dan dijual di Bangladesh, Brunei, Selandia Baru, Malta, Sri Lanka dan Inggris. Pada 1988, Proton memulai debutnya di British International Motorshow, berlangsung dengan sukses dengan meraih tiga penghargaan bergengsi untuk kualitas, coachwork dan ergonomi.
Pada tahun 1996, Proton mencapai produksi hingga satu juta unit dan mengakuisisi saham mayoritas dari Grup Lotus. Proton memasuki fase baru, berubah dari perusahan yang terkait dengan pemerintah menjadi perusahaan publik menyusul pengambilalihan oleh DRB-HICOM Berhad pada tahun 2012.
Penandatanganan Nota Kesepahaman
Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya ke Malaysia menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara PT Adiperkasa Citra Lestari dengan Proton pada Jumat (6/2).
Dalam sebuah pernyataan, Proton mengatakan bahwa kedua perusahaan akan melakukan studi kelayakan dan menjelajahi bidang kerjasama. Jika hasilnya layak, maka kedua perusahaan ini akan melakukan joint venture atau perusahaan patungan.
Ketua Proton Mahathir Mohamad yang merupakan mantan perdana menteri Malaysia mengatakan bahwa diharapkan penelitian ini akan selesai dalam enam bulan. Dia mengatakan pasar Indonesia, di mana manufaktur otomotif didominasi oleh Toyota memiliki potensi besar. Dia mengatakan penjualan tahun lalu mencapai angka satu juta unit dan penjualan tahunan dalam jangka panjang bisa mencapai empat juta unit.
“Kami ingin memanfaatkan kerjasama dengan Indonesia untuk diperluas dan menjadi mobil ASEAN,” kata Mahathir, mengacu pada 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Konsep mobil ASEAN akan melibatkan investasi oleh negara-negara lain di kawasan itu.
CEO PT Adiperkasa Abdullah Mahmud Hendropriyono mengatakan mobil nasional akan menjadi pengembangan utama bagi Indonesia yang akan membantu industri otomotif dan meningkatkan pengetahuan teknis.
Indonesia Penyelamat Proton yang sedang Merugi
Indonesia, dengan penduduk lebih dari 250 juta orang bisa menjadi penyelamat bagi Proton yang saat ini sedang merugi dan berjuang untuk meningkatkan penjualan setelah keberuntungannya menyusut karena persaingan asing yang lebih besar.
Pangsa penjualan mobil Proton dalam negeri sedang mengalami penurunan dari sekitar 50 persen dalam satu dekade ini dari 21 persen tahun lalu. Proton yang saat ini sedang gencar melakukan ekspor terhambat oleh persepsi kualitas produknya yang buruk dan modelnya yang hambar.
Mahathir menyatakan bahwa Proton harus siap rugi dalam penjualan pertama di Indonesia, tapi setelah penjualan mobil tersebut diterima oleh pasar Indonesia maka nantinya Proton akan meraup keuntungan yang signifikan.
Dia mengatakan bahwa Proton akan mempelajari pasar di Indonesia untuk melihat apakah Proton dapat melakukan modifikasi model saat ini untuk perakitan di sana sebelum menggali sampai merancang dan membangun manufaktur mobil yang benar-benar merupakan khas Indonesia.
Jika proyek ini berhasil, harus ada proteksi tarif untuk mengaktifkan industri otomotif Indonesia benar-benar tumbuh.
Mahathir menambahkan bahwa Indonesia dan Malaysia harus mengadopsi beberapa strategi dari Korea Selatan dan Jepang yang melindungi industri mobil mereka.
“Ini bukanlah hal yang biasa bagi Malaysia dan Indonesia untuk melindungi ‘bayi-bayi’ (otomotif) tersebut,” kata dia. (wikipedia, abcnews)
Editor : Eben Ezer Siadari
150 Produk UMKM Biak Bersertifikat Halal
BIAK, SATUHARAPAN.COM - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) hingga November 2024 telah...