Provokasi AS di Laut China Selatan adalah Pemborosan Biaya Militer
WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – Bruce Fein, seorang pengacara yang berbasis di Washington DC menyebut bahwa tindakan provokasi kapal perang Amerika Serikat (AS), USS Lassen yang melakukan latihan perang bernuansa “provokasi” di Laut China Selatan adalah tindakan menghambur-hamburkan biaya militer.
"Mengapa kita (Amerika Serikat, Red) mencoba untuk membuang-buang biaya militer seolah-olah Tiongkok adalah ancaman ? Tindakan seperti itu hanya menyebabkan citra AS buruk di mata internasional di mata negara-negara Asia lainnya," kata Bruce dalam sebuah wawancara dengan Xinhua, hari Minggu (8/11).
Bruce mengatakan tindakan Angkatan Laut AS di Laut Cina Selatan tidak melayani kepentingan nasional Amerika, tetapi akan menghasilkan ketegangan.
“Apa keuntungan yang didapat AS dari tindakan seperti itu? Tidak ada!" kata Bruce.
Bruce menyebut seharusnya tindakan seperti itu dilakukan Angkatan Laut AS di Timur Tengah, bukannya di kawasan Asia Timur.
Provokasi Angkatan Laut AS
Pada akhir Oktober 2015, Sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) berlayar ke arah 12 mil laut melintasi sebuah pulau yang disengkatakan di Laut Cina Selatan. Tindakan tersebut dianggap provokasi oleh pihak Tiongkok karena dilakukan Tentara Angkatan Laut AS atas nama kebebasan navigasi.
Uji coba dan patroli tersebut, menurut Xinhua, dengan mengutip Keterangan Kementerian Luar Negeri Tiongkok dilakukan AS bertujuan memperkuat kekuatan dan pengaruh AS di Tiongkok dan memperlihatkan bahwa negeri Paman Sam masih memiliki dana dalam melakukan ancaman stabilitas regional.
Kapal tersebut kemungkinan disertai dengan pesawat pengintai P-8A dan P-3 milik Angkatan Laut AS, yang telah melakukan misi pengintaian rutin di kawasan itu, menurut pejabat pertahanan, yang tidak dipublikasikan namanya.
Bruce menegaskan bahwa AS tidak memiliki kepentingan di Tiongkok, dan Negeri Tirai Bambu tidak menghadirkan ancaman bagi kedaulatan AS. "Dalam pandangan saya, kita tidak memiliki bisnis di sana. Dan kita bukan polisi dunia!” kata Bruce.
Bruce berpendapat perselisihan teritorial antara Tiongkok dan negara-negara tetangga harus dipecahkan sendiri secara bilateral, sementara AS harus selalu tetap pihak yang netral.
“Kita harus mendesak banyak hal dilakukan dengan cara damai, AS harus mendukung kebebasan laut, tapi kita tidak boleh provokatif di sana," kata Bruce.
Dalam pidato yang disampaikan pada hari Sabtu selama kunjungannya ke Singapura, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok harus mengambil tanggung jawab untuk menjaga kedaulatan teritorial dan kepentingan maritim yang sah di Laut Cina Selatan, namun ia menekankan bahwa "kebebasan navigasi dan penerbangan tidak pernah menjadi masalah di masa depan,” kata Xi Jinping.
Bruce mengatakan saat dia berjalan-jalan santai di luar Taman Lafayette di depan Gedung Putih, Washington D.C dia menjumpai banyak orang protes tentang berbagai situasi di dunia.
“Tapi ribuan kali aku berjalan di sana, saya belum pernah melihat tanda-tanda di mana saja yang mengatakan bahwa Amerika Serikat harus memiliki projek militer di Laut Cina Selatan, “ kata Bruce. (xinhuanet.com).
Editor : Bayu Probo
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...