Loading...
BUDAYA
Penulis: Kris Hidayat 10:07 WIB | Rabu, 21 Agustus 2013

Puisi Kado HUT Kemerdekaan: Duka di Hari Merdeka

Marina Novianti, di tengah Ibadah GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia di Tugu Proklamasi, di Jakarta, Minggu (18/8). (Foto: Kris Hidayat).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Di Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, penulis dan seniman, Marina Novianti mendramakan puisi karyanya, "Duka di Hari Merdeka".  Karya ini ditampilkan di Tugu Proklamasi pada Minggu (18/8) di hadapan simpatisan dan jemaat GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia.

Marina Novianti dengan pemukul dan bilah gong, mendramatisasikan puisinya, sebagai kado perenungan di ibadah perjuangan bagi tegaknya kebebasan beribadah dan berkeyakinan.

Berikut puisi "Duka di Hari Merdeka", karya Marina Novianti yang termuat dalam bukunya Aku Mati di Pantai:

Duka di Hari Merdeka

Lihat, Bapa...

Wajah mereka sumringah

Perut mereka tertumpah ruah

Dengan lantang dan pongah

Mereka berseru, “Kamilah pemerintah!”

Dengar, Bapa...

Tangis rintih anak kecil dan kaum jelata

Kelaparan, kedinginan

Merindukan pengisi perut dan penutup badan

Kenapa, Bapa

Kau berikan aku mata

Bila yang kulihat membuatku murka?

Kenapa, Bapa

Kau berikan aku telinga

Bila yang kudengar memberiku nestapa?

Kenapa Kau biarkan aku hidup, Bapa

Dan menyaksikan permainan durjana

Mereka yang menamakan dirinya

Pemerintah dan bapak bangsa?

Bisakah aku jadi perempuan itu, Bapa

Yang datang bersimpuh di kaki-Mu

Membasuh nista dan salah bangsaku?

Dengan rambut dan air mataku?

Bisakah aku jadi martir itu, Bapa

Yang menanggung derita: diam, mati membeku

Pasrah menerima lemparan batu

Satu batu, satu luka, satu dosa negeriku?

Di hari merdeka ini

Kutangisi kemerdekaan bangsaku

Kuratapi pembangunan di negaraku

Merdeka, tapi menderita

Bebas, tapi terbelenggu

Kyrie, eleison... christo, eleison...

Ah, aku tahu sekarang

Tugas yang Kau bisikkan

Tenaga yang Kau embuskan

Roh yang Kau titipkan

Padaku dan anak-anak-Mu, Bapa

Menjadi mata dan telinga bagi-Mu

Bukan untuk menyiksa diri semata

Tapi agar peka merekam derita dan dilema

Yang terjadi di Indonesia

Menjadi hati dan tangan bagi-Mu

Tidak untuk memerangi si penguasa udara

Dengan tinju dan tendangan

Tapi dengan doa dan puasa

Tidak untuk menuding pemimpin negara

Yang menghisap habis darah dan tenaga bangsa

Tapi memberkati negeri ini

Agar susu dan madu mengalir

Dinikmati semua insan Indonesia

Bukan hanya yang kaya dan berjaya

Menjadi mulut bagi-Mu

Memberitakan Rencana Agung

Dan menyatakan kemuliaanMu

Dengan pujian dan penyembahan

Bukan dengan sumpah serapah dan kutukan

Rindu yang Kau berikan di hatiku, Bapa

Adalah rindu menantikan

Anak Domba duduk di tahta

Di tanah dan airku tercinta

Merdeka, Indonesia!

Bersiap dan berbenahlah

Raja kita akan datang!

Datanglah kerjaanMu, Bapa

Jadilah kehendakMu

Di Indonesia.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Back to Home