Pulahan Wartawan Terluka dalam Kerusuhan di Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM - Puluhan wartawan yang meliput protes massa di Ukraina terluka ketika polisi menggunakan kekerasan untuk membubarkan aksi unjuk rasa selama akhir pekan kemarin. Demikian menurut pengawas hak media setempat seperti dikutip ria.ru.
Sebuah daftar yang disusun oleh Telekritika terdaftar 43 wartawan, fotografer dan juru kamera, yang mendapatkan kekerasan, sebagian besar dari mereka terluka dalam bentrokan Minggu (1/12) di luar gedung administrasi kepresidenan.
Salah satu wartawan yang terluka adalah wartawan Ukraina, Denys Danko, yang pernah memenangkan penghargaan jurnalisti.
"Setiap petugas yang saya lewati memukul saya dengan pentungan. Saya dipukul 30 kali. Mereka menendang saya di kepala, dada, dan tangan," kata Danko, kepada Kyiv Post, sebuah koran berbahasa Inggris setempat.
Sebuah foto yang beredar luas menunjukkan fotografer kantor berita Reuters, Gleb Garanich, dengan darah menetes dari luka di kepala. Pihak Reuters mengatakan dalam sebuah laporan bahwa salah satu juru kamera yang sedang melipur "dipukul di lengannya" membuat kameranya juga hancur.
Pada hari Minggu, ratusan ribu orang berbaris melalui pusat kota Kiev dalam aksi terbesar menunjukkan ketidakpuasan karena penolakan Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, untuk menandatangani serangkaian kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa bulan lalu. Hal itu menyebabkan orang turun ke jalan untuk mengekspresikan sikap oposisi mereka terhadap kebijakan pemerintah.
Protes yang sebagian besar dilakukan dengan cara damai, menjadi kekacauan pada hari Sabtu pagi ketika polisi berusaha keras dibersihkan kawasan Lapangan Kemerdekaan (Independence Square) dari para pengunjuk rasa.
Pada hari Minggu, sekelompok demonstran melemparkan batu dan menggunakan buldoser menerhjang garis polisi ketika mereka berusaha untuk menempati gedung administrasi kepresidenan.
Masalah Gas
Polisi anti huru hara dikerahkan dengan menggunakan gas air mata, granat kejut dan pentungan untuk menghadapi pengunjuk rasa.
Pejabat Kiev mengatakan, hari Senin, bahwa lebih dari 300 orang terluka dan 162 pengunjuk rasa dan polisi dirawat di rumah sakit akibat dari kekerasan.
Dalam kasus ini, seperti diberitakan satuharapan.com sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Ukraina, Vitaly Zakharchenko, menyatakan permintaan maaf atas kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Namun tetap menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan tegas terhadap aksi unjuk rasa.
Kota Kiev sekarang dipenuhi barikade di sekitar kantor pemerintahan yang penting untuk mencegah masuknya massa pengunjuk rasa. Sementara sejumlah pimpina oposisi menyerukan aksi untuk menggulingkan pemerintahan.
Akibat kasus kekerasan oleh polisi anti huru hara itu,Kepala polisi Kiev juga mengajukan pengunduran diri. Namun belum ada informasi apakah pengunduruan diri itu diterima.
Berbagai media memberitakan bahwa penolakan Ukraina untuk kerja sama perdagangan dengan Uni Eropa dilatar-belakangi oleh masalah pengiriman gas melalui pipa yang didominasi oleh Rusia.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...