Putin dan Kerry Bertemu di Tengah Kemungkinan Pemulihan Hubungan
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Selasa, (12/5) akan melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, seiring tanda-tanda munculnya kemungkinan pemulihan hubungan antara Moskow dan Barat setelah lebih dari satu tahun tegang karena konflik Ukraina.
Pertemuan di Sochi akan menandai kunjungan pertama oleh diplomat tinggi AS ke Rusia sejak krisis Ukraina meletus April lalu, yang membuat hubungan antara Moskow dan Washington terjun ke titik terendah sejak Perang Dingin.
Putin menolak untuk mengalah terkait Ukraina, di mana ia dituduh mengirim pasukan untuk mendukung pemberontak separatis, tetapi telah mengisyaratkan kesiapannya untuk memperbaiki hubungan dengan Washington dan Brussels setelah Rusia meradang di bawah beban sanksi Barat.
Kementerian Luar Negeri AS, Senin, mengatakan bahwa Kerry akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Putin, yang menghabiskan seminggu di kediaman musim panasnya di kota peristirahatan Sochi dekat Laut Hitam.
"Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menjaga komunikasi langsung dengan para pejabat senior Rusia dan untuk memastikan pandangan AS tersampaikan dengan jelas," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Marie Harf.
Juru bicara Presiden Putin Dmitry Peskov menolak untuk segera mengkonfirmasi bahwa Kerry akan bertemu Presiden dalam kunjungan pertamanya ke Rusia dalam dua tahun tersebut, namun Kementerian Luar Negeri AS membenarkan pertemuan dengan Lavrov.
"Kami berharap bahwa kunjungan Menlu Kerry ke Rusia akan membantu normalisasi hubungan bilateral di mana stabilitas global tergantung," kata kementerian.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kedua menteri akan membahas pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku di Ukraina timur pada Februari, serta konflik di Timur Tengah.
Mereka tidak akan membahas sanksi AS terhadap Rusia, lanjutnya.
Kunjungan berisiko tinggi Kerry dilakukan setelah Rusia tampaknya telah mampu melewati dampak terburuk dari krisis Ukraina, dengan pulihnya rubel yang sempat melambung dan Putin masih sangat populer di dalam negeri.
Tidak terburu-buru
Kementerian Luar Negeri Rusia menekankan bahwa meskipun adanya sanksi Barat, namun perusahaan-perusahaan AS masih tertarik untuk melakukan bisnis di Rusia.
"Bahkan di bawah tekanan dari Gedung Putih, bisnis Amerika tidak terburu-buru untuk meninggalkan pasar kami," kata Kementerian Luar Negeri.
"Boeing, Ford, John Deere, Alcoa, Coca Cola, PepsiCo, Mars, ExxonMobil, Chevron, ConocoPhillips dan perusahaan lain yang telah menginvestasikan dana yang signifikan di sini ingin mempertahankan posisi mereka di Rusia."
Putin sendiri menggunakan retorika yang sama ketika ia menyerukan peningkatan hubungan dengan Jerman selama kunjungan Kanselir Angela Merkel ke Moskow, Minggu.
"Pengusaha adalah orang-orang pragmatis, itu sebabnya mereka tidak meninggalkan pasar Rusia," kata Putin.
Aneksasi Moskow atas semenanjung Crimea, Ukraina dimulai pada Maret 2014, setelah penggulingan Presiden yang didukung Kremlin di Kiev, dan dukungan untuk pemberontakan pro-Rusia di Ukraina timur memicu krisis terburuk dalam hubungan antara Rusia dan Barat sejak Perang Dingin.
Kiev dan Barat menuduh Kremlin mendalangi pemberontakan di timur, yang telah menewaskan lebih dari 6.100 orang dalam waktu lebih dari satu tahun, dan telah menghasilkan berbagai sanksi terhadap Rusia.
Pada Senin, Kepala NATO Jens Stoltenberg mengatakan Rusia dan pemberontak pro-Moskow di Ukraina timur sekarang memiliki kapasitas untuk memulai serangan baru "dengan sedikit peringatan," beberapa hari setelah AS memperingatkan pemberontak sedang mempersiapkan tindakan yang lebih militan.
Puluhan Tahun untuk Pemulihan Hubungan
Media Interfax mengutip sebuah sumber dari Rusia yang tidak disebutkan namanya bahwa pemulihan hubungan antara Moskow dan Washington membutuhkan waktu "beberapa dasawarsa".
Sumber itu mengatakan bahwa Rusia mengharapkan Washington untuk memainkan peran tingkat tinggi dalam menyelesaikan krisis Ukraina.
"Sangat penting bahwa Amerika Serikat mulai memainkan peran yang lebih konstruktif dalam penyelesaian krisis Ukraina, bahwa mereka memaksa Kiev untuk dialog langsung dengan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk," kata sumber anonim tersebut, mengacu pada daerah kekuasaan pemberontak.
"Mari kita lihat apa yang akan ditawarkan oleh Menlu AS dalam konteks ini."
Sumber itu juga mengatakan bahwa Moskow akan mendesak Washington menahan diri untuk memasok Kiev dengan senjata mematikan, menyebutnya "sebuah isu pokok".
Kunjungan Kerry muncul setelah Presiden AS Barack Obama melewatkan perayaan peringatan 70 tahun kemenangan Rusia atas Nazi Jerman, yang dilihat sebagai sebuah penghinaan atas campur tangan Moskow di Ukraina.
Merkel juga tidak hadir dalam parade militer di Lapangan Merah pada 9 Mei, tetapi mengunjungi Moskow pada Minggu untuk memberikan hormat kepada pasukan Soviet yang tewas dalam perang.
Dalam pidatonya 9 Mei, Putin berterima kasih kepada Sekutu Barat atas "kontribusi kemenangan" mereka atas Nazi dan menjauhi retorika agresif.
Dari Sochi, Menlu Kerry akan melakukan perjalanan ke Antalya, Turki untuk melakukan pertemuan dengan NATO. (AFP/Ant)
Editor : Eben Ezer Siadari
Joe Biden Angkat Isu Sandera AS di Gaza Selama Pertemuan Den...
WASHIGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengangkat isu sandera Amerika ya...