Putin Klaim Rusia Siap Berunding Hentikan Perang, Tapi Serangan Terus Terjadi
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengklaim bahwa Rusia siap untuk melakukan pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina, bahkan ketika Ukraina menghadapi lebih banyak serangan dari Moskow. Ini sebuah tanda yang jelas bahwa perdamaian di sana tidak akan segera terjadi.
Putin mengatakan dalam sebuah wawancara televisi pemerintah, kutipan yang dirilis pada hari Minggu (25/12) sore bahwa Rusia "siap untuk merundingkan beberapa hasil yang dapat diterima dengan semua peserta dari proses ini."
Dia mengatakan bahwa “bukan kami yang menolak pembicaraan, tapi mereka”, sesuatu yang telah berulang kali dinyatakan Kremlin dalam beberapa bulan terakhir karena invasi 10 bulannya terus kehilangan momentum.
Putin juga mengulangi pernyataan bahwa Moskow “tidak punya pilihan lain” dan mengatakan dia yakin Kremlin “bertindak ke arah yang benar.”
“Kami membela kepentingan nasional kami, kepentingan warga negara kami, rakyat kami,” katanya.
Pernyataan Putin datang saat serangan terhadap Ukraina terus berlanjut. Peringatan serangan udara di seluruh negeri diumumkan dua kali pada hari Minggu (25/12) saja, dan tiga rudal pada sore hari menghantam kota Kramatorsk di wilayah Donetsk yang sebagian diduduki, pejabat setempat melaporkan.
Rudal menghantam kawasan industri kota, dan tidak ada korban jiwa, menurut Gubernur Donetsk Ukraina, Pavlo Kyrylenko. Kyrylenko mengatakan bahwa kota Avdiivka juga diserang pada hari Minggu dengan enam tembakan, dan seorang perempuan terluka di sana.
Di tempat lain di wilayah garis depan, di sekitar kota Bakhmut, di mana pertempuran sengit telah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Rusia berjuang untuk menjaga kecepatan ofensif mereka, sebuah think tank yang berbasis di AS melaporkan akhir pekan ini.
“Tingkat kemajuan pasukan Rusia di daerah Bakhmut kemungkinan telah melambat dalam beberapa hari terakhir, meskipun masih terlalu dini untuk menilai apakah serangan Rusia untuk merebut Bakhmut telah mencapai puncaknya,” tulis Institute for the Study of War dalam pembaruannya baru-baru ini.
Think tank mengutip blogger militer Rusia, yang katanya baru-baru ini mengakui "bahwa pasukan Ukraina di daerah Bakhmut telah berhasil sedikit memperlambat laju gerak maju Rusia di sekitar Bakhmut dan pemukiman sekitarnya."
Sumber di media sosial Ukraina “sebelumnya mengklaim bahwa pasukan Ukraina benar-benar mendorong pasukan Rusia keluar dari pinggiran timur Bakhmut” sekitar 21 Desember, tambah laporan itu.
“Pasukan Rusia kemungkinan akan berjuang untuk mempertahankan kecepatan operasi ofensif mereka di daerah Bakhmut dan mungkin berusaha untuk memulai jeda taktis atau operasional,” lembaga tersebut menyimpulkan.
Sehari sebelumnya, serangan Rusia yang mematikan di kota Kherson, yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina bulan lalu, menewaskan dan melukai banyak orang.
Pasukan Rusia menembaki daerah-daerah yang dikuasai Ukraina di wilayah Kherson yang sebagian diduduki sebanyak 71 kali selama 24 jam terakhir, termasuk 41 serangan di kota Kherson, kata Gubernur Ukraina Yaroslav Yanushevich pada hari Minggu.
Sebanyak 16 orang telah tewas, menurut pejabat itu, termasuk tiga pekerja darurat yang tewas dalam proses pembersihan ranjau di distrik Berislav di wilayah tersebut. Yanushevich mengatakan bahwa 64 orang lagi terluka.
Di wilayah Dnipropetrovsk yang bertetangga, kota Nikopol digempur dalam semalam oleh artileri berat, kata Gubernur Valentyn Reznichenko. Tidak ada korban yang dilaporkan. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...