Qatar Sebut Hamas Berikan Obat pada Sandera, Sebulan Setelah Pengiriman
Namun Doha tidak memberikan penjelasan keterlambatan atau bukti apa bahwa para sandera menerima obat-obatan itu.
DOHA, SATUHARAPAN.COM-Qatar telah menerima konfirmasi dari Hamas bahwa kelompok teror tersebut telah memperoleh obat-obatan untuk para sandera Israel di Gaza dan telah mulai mengirimkan obat-obatan tersebut kepada para korban penculikan, Doha mengumumkan pada hari Selasa (20/2), lebih dari satu bulan setelah pengiriman medis memasuki wilayah kantong tersebut.
“Negara Qatar telah menerima konfirmasi dari Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengenai penerimaan pengiriman obat-obatan dan dimulainya pengiriman obat-obatan tersebut kepada penerima manfaat di antara para sandera di Jalur Gaza, dalam implementasi perjanjian antara Hamas dan Israel, dimediasi oleh Qatar bekerja sama dengan Prancis bulan lalu,” kata pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, yang tidak memberikan penjelasan atas penundaan tersebut, atau bukti bahwa para sandera telah menerima obat-obatan tersebut.
Pada 16 Januari, Qatar mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menjadi perantara perjanjian antara Israel dan Hamas yang akan mengirimkan obat-obatan kepada sandera tertentu yang membutuhkan, serta pasokan medis untuk warga sipil Gaza.
Pada 17 Januari, otoritas Qatar dan Hamas mengumumkan bahwa obat-obatan tersebut telah memasuki Gaza. Sejak itu, belum ada konfirmasi bahwa ada sandera yang menerima obat tersebut.
Pengumuman hari Selasa dari Qatar tampaknya merupakan hal yang paling mendekati konfirmasi tersebut.
Seorang diplomat Arab yang akrab dengan negosiasi tersebut mengatakan kepada The Times of Israel awal bulan ini bahwa presentasi bukti semacam itu bukan bagian dari perjanjian yang dimediasi Qatar dan kemungkinan besar tidak akan terjadi.
Namun, mereka mengklaim Hamas ingin menjaga para sandera tetap hidup, karena mereka lebih berharga bagi kelompok teror dibandingkan jika mereka mati. Oleh karena itu, pihaknya berkepentingan untuk memastikan bahwa para sandera menerima obat tersebut, kata diplomat tersebut.
Selain itu, mereka mengatakan bahwa klaim dari keluarga sandera tertentu bahwa orang yang mereka cintai belum menerima obat-obatan kemungkinan besar disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak termasuk dalam daftar beberapa lusin sandera yang dijadwalkan untuk menerima obat-obatan.
Obat untuk Sandera di RS Nase, Khan Younis
Pekan lalu, pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pasukannya menemukan obat-obatan dengan nama sandera selama operasi di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, meskipun obat-obatan tersebut dilaporkan berasal dari pengiriman terpisah yang diselundupkan ke Gaza pada bulan November, sebagai bagian dari inisiatif independen oleh beberapa keluarga sandera.
Meskipun para pejabat Israel secara terbuka menuntut bukti bahwa para sandera menerima obat-obatan tersebut, secara pribadi mereka mengakui bahwa Yerusalem tidak punya pilihan selain mempercayai kata-kata Qatar bahwa obat-obatan tersebut memang telah diterima.
Menanggapi pengumuman Qatar, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang mengklaim bahwa hal itu adalah “akibat langsung” dari desakan perdana menteri agar Israel menerima bukti bahwa obat-obatan yang diberikan sampai ke korban penculikan. “Israel akan memeriksa kredibilitas pengumuman tersebut dan akan terus berupaya demi kesejahteraan para sandera kami.”
Doha telah menolak secara agresif seruan Netanyahu untuk menekan Hamas, dengan mengklaim bahwa hal tersebut merupakan upaya untuk memperpanjang perang.
Sebanyan 253 orang disandera pada tanggal 7 Oktober, ketika Hamas memimpin serangan dahsyat di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan melakukan kekejaman besar-besaran. Lebih dari separuh sandera, 134, masih disandera, dan upaya untuk membebaskan mereka belum membuahkan hasil.
Banyak sandera, termasuk sejumlah pria lanjut usia, menderita penyakit kronis, sehingga pemberian obat-obatan menjadi hal yang penting. Sebagian besar sandera lanjut usia termasuk di antara 109 orang yang dibebaskan selama gencatan senjata pada akhir November.
Sejak penculikan mereka, Komite Palang Merah Internasional gagal membujuk Hamas agar mengizinkan petugas medis mengunjungi para sandera untuk memeriksa kesejahteraan mereka.
Satu-satunya bukti kehidupan yang diterima Israel dari segelintir sandera adalah dari video propaganda yang dirilis secara berkala oleh Hamas di mana para korban penculikan terlihat mendesak pemerintah Netanyahu untuk berbuat lebih banyak guna menjamin pembebasan mereka. (ToI)
Editor : Sabar Subekti
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...