Radio di Jakarta Mati, Jokowi: Emang Enak Enggak Ada Radio?
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebagian besar radio/jaringan radio di seluruh Ibu Kota Jakarta, hari Senin (11/12), mematikan siarannya secara serempak mulai jam 7.45 WIB. Ada yang mematikan siaran selama satu menit, tetapi ada pula yang selama 15 menit. Kebingungan pun melanda warga ibu kota yang mempertanyakan hal ini lewat sosial media.
Tak hanya menarik perhatian warga Jakarta, kampanye #radioguemati ini juga menarik perhatian orang nomor satu di Indonesia.
Presiden Joko Widodo lewat Twitter memasang video pendek disertai cuitan “emang enak nggak ada radio. Saya Joko Widodo, pendengar radio. Kalau kamu?” di @jokowi.
Emang enak nggak ada radio. Saya Joko Widodo, pendengar radio. Kalau kamu? -Jkw pic.twitter.com/taiUutAvhv
— Joko Widodo (@jokowi) December 11, 2017
Cuitan Presiden Jokowi ini sudah dicuit ulang (retweet) lebih dari 2.800 kali.
Menurut rencana kampanye ini akan berlanjut dengan konferensi pers dan pertemuan sesama “orang radio”, hari Senin(11/12) malam.
Tagar #RadioGueMati segera menjadi “trending topic” di Twitter dan hampir semua sosial media. Dalam waktu kurang dari dua jam, tagar itu sudah digunakan lebih dari 23 juta kali.
Selama tidak ada siaran apa pun di sejumlah stasiun radio di Jakarta ini, para penyiar radio meramaikan soal “matinya siaran radio” di wahana sosial media masing-masing.
Penyiar HardRockFM Gofar Hilman mencuit “Kalo selamanya #radioguemati kebayang gak? Lo masih bisa Spotify, Joox dll sih. Tapi, gak ada penyiarnya. Ibarat Brazil tanpa Ronaldo dan Roberto Carlos taro depan,” di @pergijauh.
Radio yang mengklaim pendengarnya sebagai ana-anak muda, Prambors FM, mencuit “suasana Prambors pagi ini, pas RADIO SEJAKARTA MATI! Yuk kasih tau perasaan kamu dan apa yang kamu lakuin pas radio mati! Apakah kayak @desta80s dan @missdongdong ? Kasih tau ke twitter atau Instagram pake hashtag #RadioGueGakMati ya!” di @Prambors.
Demikian pula penyiar-penyiar di MNC Trijaya FM, yang mencuit “Kami mohon bantuan Anda, Profesional Trijaya.. Posting text, picture, video, or anything untuk saat ini supaya radionya cepet nyala lagi.. #radioguemati.”
Sementara Radio Elshinta FM membuat survei sederhana dengan pertanyaan : “Apakah radio tetap menjadi media informasi dan edukasi?” Dan hampir 94 persen menjawab “ya”.
Menurut Denny J. Sompie, salah seorang pejabat PRSSNI DKI Jakarta, kampanye ini untuk mengingatkan warga ibu kota akan arti penting radio karena selama ini ada kesan bahwa pendengar radio turun dan orang lebih memilih industri yang sedang naik daun seperti televisi dan media online.
“Semua radio mengajak pendengarnya untuk sharring (berbagi.red) apa rasanya kalau radio mati,” ujar Denny. Ditambahkannya, “kami ingin menginformasikan bahwa saat ini radio itu penting. Jangan ditingalkan.” Lebih jauh Denny mengatakan kampanye ini merupakan bagian dari aksi “ayo dengar radio!”
"Waduh seremmmm..,” cuit Farhan Hakim yang memasang video pendek radio dengan hanya satu nada panjang. (VOA)
"Waduh Seremmmm.. ð@rdi971 @Didin_Bagito @dailoplop @KongJaing2 @olandfatah#radioguemati pic.twitter.com/sahJ3NkAVq
— Mister Forong (@Farhanhakim_id) December 11, 2017
Editor : Melki Pangaribuan
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...