Raja baru Thailand, Maha Vajiralongkorn di Mata Minoritas Muslim di Kawasan Selatan
THAILAND, SATUHARAPAN.COM – Raja Maha Vajiralongkorn selama ini telah memberikan perhatian khusus kepada masyarakat minoritas Muslim, khususnya di Thailand selatan, sejak ia masih menjadi putra mahkota, kata seorang akademisi di kawasan itu.
Raja sering menghadiri acara-acara keagamaan umat Islam, seperti musabaqah tilawatil Alquran atau lomba membaca Alquran, serta peresmian sekolah-sekolah Islam.
Bahkan sekitar tiga minggu lalu, kata Wakil Rektor Universitas Fatoni, Patani, Thailand selatan, Amad Omar Chapakia, raja juga memberikan dukungan kepada peserta lomba membaca Alquran di masjid Patani.
"Beliau sendiri yang datang untuk meresmikan acara. Dan ini tampak beliau memberikan keutamaan," katanya, seperti dilansir BBC News Indonesia, pada Sabtu (4/5)
Ditambahkan oleh Profesor Madya Dr Amad Omar Chapakia, selain datang langsung ke acara-acara umat Islam di Thailand selatan, raja juga menunjukkan penghormatan dengan cara lain.
Ikut Posisi Tangan Berdoa
"Kalau ada acara berdoa, beliau sendiri turut mengangkat tangan. Biasanya orang-orang Buddha mengambil sikap biasa saja, tidak mengangkat tangan untuk acara orang Islam. Kalau raja ini turut mengangkat tangan."
Penilaian serupa juga disampaikan oleh Onanong Thippimol, dosen dari Universitas Thammasat di Bangkok. Menurutnya, komunitas Muslim di Thailand selatan memiliki kedekatan dengan raja sekarang, sebab sejak ia masih menjadi putra mahkota, ia sudah sering melakukan kunjungan ke sana.
"Beliau menunjukkan selalu peduli terhadap masyarakat di sana," katanya.
Thailand selatan, telah lama mengalami ketegangan sektarian sehubungan dengan upaya pemberontakan di wilayah mayoritas Muslim di negeri mayoritas Buddha.
Kedekatan raja dianggap sebagai salah satu upaya meredakan ketegangan.
"Mungkin raja menganggap bahwa di Patani itu ada kekerasan sudah lama, dan juga ada banyak masyarakat Buddha yang tinggal di sana. Mungkin raja ingin membuat situasi di Thailand selatan lebih damai," demikian dijelaskan Onanong Thippimol.
Namun, Onanong mengatakan, bukan berarti lebih dekatnya raja sekarang dengan masyarakat minoritas di Thailand selatan, penyelesaian masalah akan lebih mudah.
"Menurut saya kalau Thailand belum mencapai demokrasi yang total, tidak mudah damai akan terjadi di Thailand Selatan," kata Onanong.
Konflik berdarah di Thailand selatan sejak awal tahun 2000 diperkirakan telah menewaskan sekitar 6.500 orang -baik di kalangan aparat keamanan Thailand maupun warga sipil.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...