Raja Charles Akan Jalani Perawatan Prostat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemimpin dari Kerajaan Inggris, yakni Raja Charles III akan dirawat di rumah sakit pekan depan untuk menjalani prosedur pengobatan pembesaran prostat yang dialaminya.
The Guardian, Rabu (17/1) waktu London, Inggris, melaporkan pihak Istana Buckingham mengumumkan bahwa kondisi Raja Charles tidak berbahaya saat ini. Oleh karena itu, Raja Charles akan mendapat prosedur perawatan untuk pembesaran prostat yang dialaminya pekan depan.
“Sama seperti ribuan pria setiap tahunnya, raja mencari pengobatan untuk pembesaran prostatnya. Kondisi Yang Mulia (Raja Charles) tidak berbahaya dan dia akan dibawa ke rumah sakit minggu depan untuk menjalani prosedur perbaikan. Pertemuan publik raja akan ditunda untuk masa pemulihan yang singkat,” kata pihak Istana Buckingham.
Sekitar satu dari tiga pria berusia di atas 50 tahun akan mengalami beberapa gejala pembesaran prostat, yaitu kelenjar yang berada tepat di bawah kandung kemih.
Berita itu muncul pada hari yang sama ketika menantu perempuannya, Kate Middleton, sedang dalam masa pemulihan di rumah sakit usai menjalani operasi perut. Kate Middleton akan tetap berada di rumah sakit selama 10-14 hari, sehingga dia harus membatalkan semua keterlibatan publiknya hingga Hari Paskah mendatang.
Rencananya, Raja Charles III juga akan mengadakan pertemuan dan acara di Dumfries House, Skotlandia pada hari Kamis dan Jumat. Namun, rencana itu harus ditunda atas saran dari dokternya.
Dengan adanya tamu, termasuk pejabat asing dan anggota kabinet yang akan melakukan perjalanan ke sana, Istana Buckingham merasa perlu untuk memberi tahu masyarakat mengenai berita tersebut.
Sementara itu, pembesaran prostat jinak (BPE) bukanlah kanker dan biasanya tidak menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan, menurut situs NHS.
Penyebab pembesaran prostat jinak tidak diketahui, tetapi diyakini terkait dengan perubahan hormonal seiring bertambahnya usia pria. Gejala pembesaran prostat, antara lain kesulitan buang air kecil, sering ingin buang air kecil, dan kesulitan mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
Keseimbangan hormon dalam tubuh berubah seiring bertambahnya usia, dan hal ini dapat menyebabkan kelenjar prostat membesar. Namun, rincian pasti mengenai prosedur yang akan dijalani raja masih belum diungkapkan oleh pihak Istana Buckingham.
Dokter yang menangani pasien dengan pembesaran prostat biasanya akan mengambil keputusan pengobatan berdasarkan seberapa parah gejalanya. Jika bergejala ringan, pengobatan biasanya tidak diperlukan.
Perubahan gaya hidup, seperti mengurangi konsumsi alkohol, kafein, dan minuman bersoda, membatasi asupan pemanis buatan, dan berolahraga secara teratur, mungkin akan disarankan pada pasien dengan gejala pembesaran prostat ringan.
Namun, jika gejala yang dialami termasuk sedang hingga berat, pasien membutuhkan obat untuk mengurangi ukuran prostat dan mengendurkan kandung kemih mereka.
Meskipun biasanya tidak menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan, pembesaran prostat jinak dapat menyebabkan masalah kesulitan buang air kecil atau pengosongan kandung kemih. Terkadang, gangguan kesehatan ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah, seperti infeksi saluran kemih, retensi urin kronis, atau retensi urin akut.
Prosedur di rumah sakit, seperti kasus Raja Charles, biasanya direkomendasikan hanya untuk gejala sedang hingga berat yang tidak merespons pengobatan. Untuk menanganinya, pasien dapat diobati dengan cara pembedahan, perawatan ablasi uap, dan perawatan laser.
Penyakit Pneumonia Terus Menjadi Ancaman bagi Anak-anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengatakan, pneumonia ser...