Raja Salman Copot Keponakan, Angkat Anaknya Jadi Putra Mahkota
RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Wakil Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS) diangkat menjadi putra mahkota pada hari Rabu (20/06) menggantikan sepupunya, dalam sebuah pengumuman mendadak.
MbS, 31 tahun, adalah putra dari Raja Salman, raja yang kini bertahta.
Surat Keputusan Kerajaan mengatakan Putra Mahkota Mohammed bin Nayef, kepala kontra terorisme yang dikagumi di Washington karena berhasil menghentikan serangan-serangan pengeboman Al Qaeda pada 2003-2006, dibebaskan dari semua posisi dan digantikan oleh MbS yang menjadi wakil perdana menteri dan tetap menjadi menteri pertahanan, menteri perminyakan dan portofolio lainnya.
Keputusan Raja Salman untuk mempromosikan anaknya dan mengkonsolidasikan kekuasaannya didukung oleh 31 dari 34 anggota Dewan Kesetiaan, yang terdiri dari anggota senior keluarga Al Saud yang berkuasa, kata keputusan kerajaan tersebut.
Analis mengatakan perubahan tersebut memperkuat posisi Pangeran MbS untuk bergerak lebih cepat dengan rencananya untuk mengurangi ketergantungan kerajaan pada minyak, yang mencakup privatisasi parsial perusahaan minyak negara Aramco.
"Perubahan ini merupakan dorongan besar bagi program reformasi ekonomi, Visi 2030 dan keseluruhan pergeseran paradigma yang dijalankan oleh Arab Saudi dan Pangeran MbS adalah arsiteknya," kata John Sfakianakis, direktur Gulf Research Center.
"Sangat penting bahwa MbS mengawasi dijalankannya dan dipertahanakannya visi dan strategi," katanya, dilansir dari Reuters.
Bernard Haykel, profesor Studi Timur Dekat di Princeton, mengatakan bahwa keputusan raja tersebut bertujuan untuk menetapkan garis suksesi dengan jelas untuk menghindari perebutan kekuasaan antara anaknya dan Mohammed bin Nayef.
"Ini jelas sebuah transisi yang telah terjadi dengan lancar dan tanpa darah ... Akan ada kejelasan lebih lanjut tentang masalah suksesi sekarang. Ada sedikit kekacauan sebelum semua orang menebak apa yang akan terjadi. Sekarang sudah jelas, ini sangat mudah. Kejelasan menurunkan risiko, tidak ada pertanyaan mengenai siapa yang akan bertanggung jawab ... "
"Beberapa orang memprediksi bahwa ini akan menyebabkan perpecahan dalam keluarga, perselisihan dan semacam pemberontakan. Saya tidak melihat itu terjadi."
Seorang pejabat senior Saudi mengatakan keputusan tersebut diambil karena adanya keadaan khusus yang disampaikan kepada anggota Dewan. Dia menambahkan Mohammed bin Nayef mendukung keputusan tersebut dalam sebuah surat yang dikirim kepada raja.
Meskipun promosi MbS sudah diperkirakan oleh sejumlah kalangan kalangan dekat, hal itu mengejutkan ketika itu dilakukan saat kerajaan menghadapi ketegangan yang meningkat dengan Qatar dan Iran dan terjebak dalam perang udara di Yaman.
Keputusan tersebut mengatakan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang lama menjadi favorit Washington karena sikapnya yang keras terhadap militansi Islam, dibebaskan dari semua posisi.
Meskipun demikian, sebelum ini sebetulnya MbS telah bertanggung jawab untuk menjalankan perang Arab Saudi di Yaman, mendikte kebijakan energi dengan implikasi global dan mempelopori rencana kerajaan untuk membangun masa depan ekonomi setelah minyak.
Pengumuman tersebut menyusul perubahan 2,5 tahun yang sudah terjadi di Arab Saudi, yang mengejutkan sekutunya pada tahun 2015 dengan meluncurkan perang udara di Yaman, mengurangi subsidi yang melimpah dan mengusulkan pada tahun 2016 privatisasi parsial perusahaan minyak negara Aramco.
Analis keuangan mengatakan promosi Pangeran MbS memberikan kepastian lebih jauh bahwa bagian-bagian penting dari reformasi radikal untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi di luar minyak akan berlanjut.
"Kami tidak berharap untuk melihat perubahan besar pada bidang kebijakan utama, termasuk ekonomi - Pangeran Mohammed bin Salman telah mendorong agenda ekonomi dan dorongan untuk mentransformasikan dan meliberalisasi ekonomi," kata Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank.
Tahun lalu MbS mengumumkan perubahan yang bertujuan untuk mengakhiri ketergantungan kerajaan terhadap minyak, bagian dari kampanyenya untuk mengatasi tantangan sistemik yang sebelumnya tidak dapat ditangani kerajaan tersebut.
Editor : Eben E. Siadari
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...