Raja Thailand Meninggal Dunia Setelah Berkuasa 70 Tahun
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM - Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand yang sudah bertahta lebih dari 70 tahun, meninggal dunia hari ini (13/10) pada usia 88 tahun. Ia merupakan raja terlama yang pernah berkuasa.
Pihak istana mengatakan ia meninggal di Rumah Sakit Siriraj di Bangkok.
Raja Bhumibol naik tahta beberapa waktu setelah Perang Dunia II dan meneguhkan dirinya sebagai personifikasi dari bangsa Thailand. Ia dikenal sebagai tokoh pemersatu di negara yang sangat terpolarisasi itu. Kematiannya, menurut New York Times, memunculkan selubung ketidakpastian di seluruh Thailand.
Thailand adalah negara yang sering dilanda kudeta dan Raja memiliki peran penting dalam memberi restu. Junta militer yang berkuasa sekarang dan merebut kekuasaan dalam kudeta dua tahun lalu, mendapatkan otoritasnya dari raja.
Pewaris tahtanyakini adalah Putra Mahkota Vajiralongkorn, dipandang oleh banyak orang sebagai playboy yang tidak bisa menyamai kewibawaan ayahnya. Dan kematian raja menimbulkan pertanyaan tentang masa depan monarki itu sendiri.
Raja Bhumibol menghabiskan sebagian besar tahun terakhirnya di rumah sakit, dirawat di suite khusus. potretnya tergantung di hampir setiap toko di Bangkok. Seiring dengan kesehatannya yang menurun, billboard menyatakan "Hidup Raja," menandakan kecemasan yang meluas tentang masa depan Thailand tanpa dia.
Rakyat Thailand melihat Sang Raja sebagai sosok ayah yang sepenuhnya mendedikasikan hidup untuk kesejahteraan mereka. Kematiannya mengakhiri pemerintahan 70 tahun dan 126 hari - yang merupakan yang terpanjang di antara sedikit monarki yang mampu bertahan lama.
Ratu Elizabeth II, dengan perbandingan, telah memerintah Inggris selama lebih dari 64 tahun. Dengan kepergian Raja Bhumibol, Ratu Inggris itu menjadi monarki yang paling lama memerintah di dunia.
Pada tanggal 9 Juni 1946, Bhumibol Adulyadej menjadi raja Thailand, tak lama setelah Raja Anand Mahidol, saudara dan pendahulunya, ditemukan tewas dengan peluru melalui kepalanya di istana di Bangkok.
Raja Bhumibol (dibaca poo-me-pon) adalah seorang raja yang naik tahta bukan karena disengaja. Ia menjabat pada usia 18 tahun oleh kematian kakaknya pada tahun 1946. Ia sepenuhnya menjalankan peran patriark nasional, menjunjung tinggi dunia tradisional Thailand, di mana hirarki , rasa hormat dan kesetiaan didasarkan pada prinsip-prinsip.
Lahir di Cambridge, AS, di mana ayahnya adalah seorang mahasiswa di Harvard pada waktu itu, memiliki pengalaman hidup yang berwarna. Dia dididik di Swiss, berbicara bahasa Inggris dan Prancis yang sempurna, menggubah musik, bermain jazz pada klarinet dan saksofon, menggeluti fotografi, melukis, menulis dan menghabiskan berjam-jam di rumah kaca di Istana Chitrlada di Bangkok.
Ia tidak pernah tertarik pada kehidupan jet-set. Ia berhenti bepergian ke luar negeri, karena menurutnya terlalu banyak yang harus dilakukan di rumah. .
Dalam krisis politik, Thailand mengaguminya karena sifat cerdiknya mengetahui kapan saat untuk campur tangan, kadang-kadang hanya dengan isyarat, meskipun ia hanya memiliki peran konstitusional terbatas dan tidak ada kekuatan politik langsung.
Thailand berubah selama pemerintahannya, bergerak dari ekonomi yang sebagian besar ditopang pertanian ke perekonomian industri dan perdagangan modern dengan kelas menengah yang berkembang.
Dalam pidato tahunan pada Desember 2001, Raja Bhumibol mengatakan, "Ada kalimat Inggris yang mengatakan bahwa raja selalu senang, atau 'bahagia sebagai raja' - Yang tidak benar sama sekali."
Dalam pidato ahun 2005, dia mengatakan keyakinan bahwa raja tidak bisa berbuat salah adalah "penghinaan terhadap raja."
"Mengapa raja tidak bisa berbuat salah?" tanya dia. "Ini menunjukkan mereka tidak menganggap raja sebagai manusia. Tapi raja bisa bersalah. "
Ibu Bhumibol adalah Putri Sangwalya Chukramol, seorang perawat yang sedang menempuh pendidikan di Simmons College di Boston ketika dia bertemu pangeran. Bhumibol memiliki kakak, bernama Ananda, dan adik, Galyani Vadhana.
Pewaris takhta, Pangeran Vajiralongkorn, adalah satu-satunya pria pewaris kerajaan.
Seorang anak perempuan, Putri Maha Chakri Sirindhorn, tidak pernah menikah dan telah mengabdikan dirinya untuk mempelajari seni dan membantu ayahnya dengan banyak proyeknya. Dia telah bertahun-tahun menjadi wanita paling populer di Thailand.
Menjelang akhir kehidupan raja, Pangeran Vajiralongkorn bergerak ke pusat kehidupan publik. Militer baru-baru ini berusaha untuk memoles citra sang pangeran, kemitraan yang mungkin juga telah dikukuhkan dengan kekuatan para jenderal.
Dalam pernyataan yang dilansir Reuters, Kamis (13/10/2016), pihak Istana Kerajaan Thailand menyebutkan bahwa Raja Bhumibol meninggal dunia hari ini pada pukul 15.52 waktu setempat.
"Yang Mulia telah meninggal dunia dalam damai di Rumah Sakit Siriraj," demikian Istana Kerajaan Thailand dalam pernyataannya.
Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn kini berusia 63 tahun, akan menjadi raja Thailand yang baru.
Editor : Eben E. Siadari
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...