Rambutan, Sumber Vitamin C dan Antibakteri
SATUHARAPAN.COM – Buah yang satu ini mudah sekali mencirikannya. Disebut rambutan karena bagian luar buahnya ditumbuhi rambut.
Buah yang berkerabat dekat dengan leci ini memiliki daging berair dan berwarna putih. Bila masih muda berwarna hijau dan jika sudah masak berwana kuning hingga merah tua.
Buah rambutan terbungkus kulit yang berambut di bagian luarnya. Daging buah yang dimakan sebenarnya adalah salut biji yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji, namun ada juga yang bisa lepas atau ngelotok.
Rambutan biasanya dikonsumsi secara langsung, dinikmati sebagai buah segar. Buah rambutan juga dapat diolah menjadi manisan, buah dalam kaleng, campuran koktail, dessert, atau salad buah.
Tidak hanya daging buahnya, bijinya pun dapat dimanfaatkan. Mengutip ub.ac.id, di Filipina, biji buah rambutan biasanya dipanggang dan disajikan sebagai lauk. Biji buah rambutan terkenal dengan kandungan tannin dan saponinnya yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Dikutip dari busy.org, penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi dan ahli kesehatan menunjukkan bahwa rambutan memiliki manfaat kesehatan serta nutrisi yang mirip dengan jeruk dan apel. Rambutan memiliki sumber vitamin C yang sangat baik. Selain itu juga terdapat zat besi, fosfor, protein, dan karbohidrat, yang dibutuhkan tubuh setiap hari.
Buah rambutan manis dan rendah lemak. Sebagian besar kalori rambutan berasal dari karbohidrat. Institute of Medicine merekomendasikan 130 gram rambutan untuk konsumsi sehari-hari.
Selain manfaat gizi, rambutan juga memiliki kegunaan herbal, seperti membunuh parasit usus dan mengurangi gejala diare. Bahkan, sebagian orang juga memanfaatkannya sebagai obat demam.
Salah satu penelitian mengenai manfaat herbal rambutan dilakukan oleh oleh tim peneliti biologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Mereka meneliti kandungan buah rambutan sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli penyebab diare.
Kulit buah rambutan dapat digunakan sebagai obat. Berdasarkan analisis fitokimia, kulit buah rambutan mengandung senyawa tanin, alkaloid, saponin, flavonoid, dan triterpenoid yang mempunyai fungsi sebagai antibakteri. Berdasarkan senyawa-senyawa yang terkandung tersebut, mekanisme penghambatan bakteri adalah dengan merusak dinding dan membran plasma sel bakteri.
Pemerian Botani Rambutan
Pohon rambutan, menurut Wikipedia, adalah pohon hijau abadi yang menyukai suhu tropika hangat (suhu rata-rata 25 derajat celsius). Tingginya dapat mencapai 8 meter. Daunnya majemuk menyirip dengan anak daun 5 hingga 9, berbentuk bulat telur, dengan variasi bergantung pada umur, posisi pada pohon, dan ras lokal.
Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan merona (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan ini akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan beristirahat tumbuh.
Tumbuhan ini menghasilkan bunga setelah tujuh tahun jika ditanam dari biji, namun pada usia 2 tahun sudah dapat berbunga jika diperbanyak secara vegetatif. Rambutan berumah dua, tetapi bersifat androdioecious, ada tumbuhan penghasil bunga jantan saja dan tumbuhan penghasil bunga banci. Tumbuhan jantan tidak pernah menghasilkan buah.
Pembungaan rambutan dipengaruhi oleh musim atau ketersediaan air. Masa kering tiga bulan menghentikan pertumbuhan vegetatif dan merangsang pembentukan bunga. Di daerah Sumatera bagian utara yang tidak mengenal musim kemarau rambutan dapat menghasilkan buah dua kali dalam setahun. Di tempat lain, bunga muncul biasanya setelah masa kering 3 bulan (di Jawa dan Kalimantan biasanya pada bulan Oktober dan November).
Bunga majemuk, tersusun dalam karangan, dengan ukuran satuan bunga berdiameter 5 mm atau bahkan lebih kecil. Bunga jantan tidak menghasilkan putik. Tumbuhan banci yang baru berbunga biasanya menghasilkan bunga jantan, baru kemudian diikuti dengan bunga dengan alat betina (putik). Bunga banci (hermafrodit) memiliki benang sari yang fungsional dan memiliki dua bakal buah, meskipun jika terjadi pembuahan hanya satu yang biasanya berkembang hingga matang, sementara yang lainnya tereduksi.
Penyerbukan dilakukan oleh berbagai jenis lebah, namun yang paling sering hadir adalah Trigona, lebah kecil tanpa sengat berukuran sebesar lalat. Di berbagai apiari, bunga rambutan juga menjadi sumber utama nektar bagi lebah peliharaan.
Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki rambut di bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi daging. Bagian buah yang dimakan, daging buah, sebenarnya adalah salut biji atau aril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas (ngelotok).
Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan musiman, buah masak pada bulan Desember hingga Maret, dikenal sebagai "musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain, seperti durian dan mangga.
Rambutan menurut Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makasar, dikutip dari uin-alauddin.ac.id, yang memiliki nama ilmiah Nephelium lappaceum, L., memiliki banyak nama daerah. Di Sumatera, rambutan memiliki aneka nama lokal, di antaranya, rambutan, rambot, rambut, rambuteun, rambuta, jailan, folui, bairabit, puru biancak, puru biawak, hahujam, kakapas, likis, takujung alu.
Di Jawa, dikenal berbagai nama daerah, seperti rambutan, corogol, tundun, bunglon, buwa buluwan.
Nama lain adalah buluan, rambuta (Nusa Tenggara), rambutan, siban, banamon, beriti, sanggalaong, sagalong, beliti, malit, kayokan, bengayau, puson (Kalimantan), rambutan, rambuta, rambusa, barangkasa, bolangat, balatu, balatung, walatu, wayatu, wilatu, wulangas, lelamu, lelamun, toleang (Sulawesi), rambutan, rambuta (Maluku).
Rambutan, menurut Wikipedia, merupakan tanaman buah hortikultural dari famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggris disebut hairy fruit, berasal dari Indonesia.
Hingga saat ini tanaman ini telah menyebar di daerah beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.
Rambutan yang dikenal dengan nama sama, rambutan, dalam bahasa Tagalog di Filipina, juga dikenal dengan nama shao tzu (Tiongkok), ramboutan (Prancis), ramustan (Spanyol).
Hingga saat ini Pemerintah Indonesia telah melakukan perbaikan varietas, yang dilakukan oleh Balai Penelitian Buah Solok, dengan menerapkan seleksi dari plasma nutfah yang tumbuh di berbagai pusat keanekaragaman di Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan, serta Jawa. Varietas unggul rambutan yang sudah dilepas Departemen Pertanian Republik Indonesia hingga 2005 adalah: Rapiah dari Pasar Minggu, Bahrang dari Langkat, Lebak Bulus dari Pasar Minggu, Sibatuk Ganal dari Sungai Andai, Kalimantan Selatan, Nona dari Kampar, Riau, Binjai dari Pasar Minggu, Antalagi dari Sungai Andai, Kalimantan Selatan, Sibongkok dari Sungai Luhut, Kalimantan Selatan, Garuda dari Sungai Andai, Kalimantan Selatan, Tangkue Lebak dari Kecamatan Maja, Banten, Narmada dari NTB.
Mengutip dari banten.litbang.pertanian.go.id, rambutan Tangkue dari Lebak Banten memiliki rasa yang enak, kenyal, dan manis, serta memiliki daging buah yang kering saat dimakan. Hal itu pula yang membuat masyarakat mengibaratkan rambutan ini seperti manisan, yang dalam bahasa Cina disebut Tangkue.
Rambutan berbuah setiap tahun dan selalu menjadi incaran masyarakat di saat musim panen karena rasanya yang enak dan harganya yang terjangkau. Tim SDG BPTP Banten yang melakukan inventarisasi kekayaan Sumber Daya Genetik Lokal Banten, menemukan pohon induk pertama rambutan Tangkue di Desa Pasir Kacapi, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak.
Untuk melestarikan kekayaan Genetik Lokal Banten, TIM SDG BPTP Banten memelihara Rambutan Tangkue ini di kebun koleksinya. Upaya pelestarian rambutan ini semakin gencar dilakukan instansi terkait, di antaranya adalah didaftarkannya Rambutan Tangkue oleh Pemda Provinsi Banten melalui BPSB-TPH ke PPVTPP sebagai rambutan lokal unggulan Banten.
Manfaat Herbal Rambutan
Rambutan, dikutip dari ub.ac.id, merupakan sumber vitamin C yang sangat baik. Buah rambutan tergolong buah berkadar vitamin C tinggi.
Rambutan yang berasal dari varitas Aceh kering manis merupakan sumber vitamin C yang paling baik. Selain vitamin C, buah rambutan juga mengandung vitamin lain, seperti niacin, thiamin, dan riboflavin. Mineral yang banyak terkandung pada rambutan adalah kalium, kalsium, besi, dan fosfor.
Kandungan serat pangannya juga cukup tinggi, yaitu 2,8 g per 100 g daging buah. Fakta kandungan nutrisi buah rambutan kaya gula, dan sebagian besar adalah fruktosa dan sukrosa. Jenis dan kadar gula per 100 g daging buah adalah glukosa (2,8 g), fruktosa (3,0 g), dan sukrosa (9,9 g). Dengan demikian mengandung kalori sangat sedikit, hanya 60 kalori dalam setiap bagian.
Rambutan dikutip dari digilib.unila.ac.id, adalah tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri, kulit buah rambutan mengandung tannin dan saponin, sedangkan biji rambutan mengandung lemak dan polifenol. Selain itu, kulit buah rambutan juga mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Tim peneliti dari Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), meneliti pengembangan potensi ekstrak kulit buah rambutan sebagai bahan obat herbal antihiperkolesterol. Kulit buah rambutan telah dilaporkan memiliki antioksidan yang sangat kuat. Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui efek hipolipidemia ekstrak etanol kulit buah rambutan pada tikus jantan strain Wistar. Secara keseluruhan ekstrak etanol kulit buah rambutan sangat poten sebagai bahan obat herbal antihiperkolesterol.
Tim peneliti Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Bandung, meneliti efek ekstrak biji rambutan terhadap kadar glukosa darah mencit Swiss Webster jantan yang diinduksi aloksan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak biji rambutan dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan.
Tim peneliti Progam Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana, Badung, Bali, meneliti aktivitas antipiretik ekstrak etanol kulit buah rambutan secara in vivo dan kandungan fenolik totalnya. Metode untuk uji aktivitas antipiretik dilakukan secara in vivo menggunakan ragi tape untuk menginduksi demam pada tikus jantan galur Wistar dan menggunakan metode Folin-Coicalteu untuk mengukur total fenolnya.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa golongan fenolik, tanin, flavonoid, saponin, dan terpenoid, dengan kandungan senyawa fenoliknya yang lebih dominan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol kulit buah rambutan pada dosis 5; 10 dan 20 mg/100 g BB bersifat antipiretik dengan terjadinya penurunan suhu rectal tikus.
Tim peneliti program studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dikutip dari researchgate.net, menyebutkan kulit buah rambutan diketahui mengandung senyawa aktif flavonoid. Beberapa flavonoid dari tanaman diketahui mempunyai aktivitas antioksidan.
Berdasarkan data diketahui, ekstrak etanol kulit buah rambutan mempunyai kemampuan yang sama dengan vitamin E dalam menghambat pembentukan radikal bebas asam linoleat
Azwar Ibrahim, mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dikutip dari digilib.unila.ac.id, melalui penelitiannya telah membuktikan ekstrak biji rambutan mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila, A. salmonicida, dan Streptococcus sp.
Editor : Sotyati
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...