Rampas Minyak dan Memeras, Pendapatan NIIS Rp 23 Miliar/Hari
Teroris terkaya di dunia; Melakukan pemerasan wilayah yang mereka taklukkan; Menculik untuk tebusan jutaan dolar
SATUHARAPAN.COM – Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) berpendapatan mencapai US$ 2 juta (Rp 23 miliar) per hari dari penjualan minyak rampasan dan pemerasan warga minoritas di Irak dan Suriah, kata pakar Timur Tengah.
Kelompok ini—yang telah merebut kekuasaan di Timur Tengah hampir seluas pulau Jawa—telah menambang sumur minyak yang mereka sita selama ekspansi mereka di Irak dan Suriah. Ahli keuangan mengatakan bahwa dalam meningkatkan uang, ISIS (sebutan lain NIIS/Islamic State of Iraq and Syria) menunjukkan memukaunya kondisi keuangan mereka yang tidak seperti organisasi teroris lainnya. Ini membuat mereka bahkan lebih kuat.
Bloomberg News mengabarkan pada Senin (25/8), “Tidak seperti kelompok ekstremis lain yang tergantung pada sumbangan asing—sehingga dapat dikalahkan oleh sanksi, diplomasi, dan penegakan hukum—aliran pendapatan NIIS didominasi oleh pendapatan lokal merupakan tantangan yang unik bagi pemerintah yang berusaha menghentikan serangan teroris. Sebab, bisa jadi dalam waktu dekat serangan NIIS mungkin ditujukan pada AS dan Eropa.”
Matthew Kevitt adalah mantan pejabat intelijen departemen keuangan AS bidang terorisme dan keuangan yang kini bertanggung jawab atas program kontraterorisme dan intelijen di Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat. Kevitt mengatakan ISIS adalah kelompok teroris terkaya dalam sejarah. Pendapatan berasal dari penjualan minyak di pasar gelap serta pajak diperas dari masyarakat setempat.
Penculikan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi ISIS. Kelompok ini telah menculik orang Eropa dan meminta tebusan jutaan dolar. Baru-baru ini ISIS menuntut uang tebusan US$ 6.600.000 (Rp 72 miliar) untuk wanita Amerika 26 tahun yang diculik di tengah karyanya di organisasi kemanusiaan di Suriah.
Selain memperkuat pendapatan, kelompok militan ini juga telah menambah anggotanya. Para pakar Timur Tengah mengatakan kejatuhan Mosul adalah titik balik di wilayah ini, mendorong banyak kelompok Sunni lainnya untuk bergabung dengan barisan mereka. Akibatnya, keanggotaan ISIS telah meningkat hampir lima kali lipat.
Mashable melaporkan pada Selasa (26/8), “Walaupun diplomat Barat dan pengamat lainnya telah memperkirakan jumlah angka militan antara 20.000 sampai 50.000. Hisham al-Hashimi, seorang ahli keamanan di Baghdad, mengatakan bahwa jumlah anggota NIIS sekarang mungkin lebih dekat dengan 100.000 anggota.”
Namun pertumbuhan yang cepat juga telah menciptakan banyak musuh untuk ISIS. Amerika Serikat telah melakukan serangan udara terhadap kelompok dan basis, dan Iran kini telah bergabung dengan penyerangan terhadap kelompok militan. (inquistr.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...