#RangkulPerbedaan: Gerakan Anak Muda Serukan Keberagaman
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah gerakan berbasis media sosial merangkul anak-anak muda ikut ambil bagian untuk menyerukan keberagaman dan toleransi di Indonesia. Gerakan ini dipelopori oleh komunitas kepemudaan Cinta Indonesia.
Gerakan ini dilakukan dengan mengajak generasi muda mengirim foto mereka dengan tulisan #Rangkul Perbedaan.
Sebanyak 3000 pengguna sosial media di Tanah Air yang berpartisipasi ikut menyuarakan keberagaman ini melalui media sosial Twitter dan Instagram.
Seperti yang dilansir dari bbc.com, gerakan #RangkulPerbedaan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran kebhinekaan di Indonesia karena kasus-kasus intoleransi masih banyak terjadi. Meskipun tidak dapat memberikan janji solusi terhadap apa yang terjadi saat ini, namun gerakan ini menyadarkan masyarakat bahwa sebenarnya masih banyak faktor yang mengancam kebhinekaan di Indonesia.
Inilah beberapa anak muda yang ikut berpartisipasi mengunggah foto dengan tulisan #RangkulPerbedaan dari berbagai daerah di seluruh Nusantara.
Alda Assagas (22) adalah salah satu mahasiswi beragama Muslim yang berasal dari Maluku mengungkapkan bahwa generasi muda harus peduli dengan isu-isu perdamaian.
“Harapan saya, masyarakat Indonesia mulai harus teredukasi bahwa enggak penting berkonflik, apalagi konflik SARA. Indonesia enggak akan maju-maju kalau terus mempermasalahkan hal-hal itu. Lebih enak hidup bersama-sama, saling menjaga dan saling menghargai.”
Selain Alda, I Made Agus Juniantara (21) mengungkapkan bahwa gerakan #RangkulPerbedaan ini merupakan alat untuk memberitahu bahwa perbedaan bukanlah menjadi alasan yang bisa dijadikan kambing hitam dalam suatu permasalahan.
Mahasiswa asal Bali dan beragama Hindu ini juga berpendapat bahwa perbedaan itu harus dirangkul, dipegang bersama dan bukan menjadi suatu permasalahan yang besar.
Tidak kalah dengan dua mahasiswa tersebut, adapula seorang dokter muda bernama Kristian Wongso Giamto (25) asal Jakarta beragama Kristen yang ikut menyuarakan keberagaman melalui #RangkulPerbedaan.
"Dulu waktu saya SD, saya tinggal di Maluku Utara. Pada tahun 1999 kalau enggak salah terjadi kerusuhan dengan motif politis yang dibawa entah bagaimana rupa menjadi motif agama. Semenjak saat itu di otak saya berbekas bahwa oh, agama itu berbahaya seperti ini. Terus di Indonesia banyak perbedaan juga, dan saya pikir apa yang bisa saya lakukan supaya kejadian serupa tidak terulang dengan kapasitas saya."
Editor : Bayu Probo
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...