Ratu Kecantikan Menyerukan Perdamaian di Venezuela

LONDON, SATUHARAPAN.COM – Sejumlah ratu kecantikan dunia menyerukan perdamaian di Venezuela setelah dua orang ratu kecantikan Venezuela terbunuh, demikian yang dilaporkan BBC dalam segmen #BBCtrending pada Senin (17/3).

Pada Januari, mantan ratu kecantikan Monica Spear terbunuh dalam sebuah perampokan, hanya beberapa saat sebelum aksi protes pecah di negara tersebut. Selanjutnya pada Februari, Genesis Carmona tewas tertembak saat terjadi aksi protes yang dilancarkan kelompok antipemerintah.

Angka pembunuhan di Venezuela menempati posisi kelima tertinggi di dunia dan menjadi salah satu alasan di balik gelombang demonstrasi yang terjadi.

Sebagai tanggapan terhadap kekerasan yang terjadi, seorang ratu kecantikan, Angelika Hernandez memulai suatu tren di Twitter untuk menyerukan perundingan perdamaian dan mendorong para ratu kecantikan lainnya untuk melakukan kampanye serupa.

“Kita selalu berbicara tentang perdamaian dunia, itu hal yang klise,” ujar Hernandez (Miss Trujillo 2005) yang memulai kampanye di Twitter dengan hashtag #Misses4Peace, “tapi kenapa tidak menggunakannya untuk meningkatkan kesadaran mengenai apa yang sedang terjadi?”

Kampanye yang berhasil meraih dukungan sejumlah ratu kecantikan, baik yang pro maupun antipemerintah itu bertujuan untuk menarik perhatian pada apa yang sedang terjadi di negara tersebut.

“Saya sekarang tinggal di Swiss dan sering melihat berita tentang Ukraina, tapi tidak ada berita tentang Venezuela,” ujar Hernandez.

Kampanye #Misses4Peace itu kini telah diteruskan sebanyak 34.000 kali sejak Februari, didorong oleh foto-foto terbaru para ratu kecantikan yang bersemangat menyebarkan pesan perdamaian itu.

Kontes kecantikan adalah keunggulan Venezuela. Dengan populasi yang hanya terdiri atas 30 juta orang, negara tersebut berhasil memegang gelar Miss World dan Miss Universe sebanyak 13 kali, lebih dari negara mana pun.

“Ini adalah bisnis yang besar di sini,” ujar Hernandez yang kini berencana menggalang dana dan menyalurkannya pada mereka yang terkena dampak kekerasan. (bbc.com)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja