Ratusan Warga Turki Bergabung dengan Pemberontak di Suriah
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Ratusan orang Turki disebutkan menyeberangi perbatasan ke Suriah untuk berperang bersama kelompok Al- Qaeda melawan rezim Damaskus. Demikian dilaporkan Kementerian Dalam Negeri Turki.
Pemerintah Turki, yang keras menentang Presiden Bashar Al-Assad, menghadapi masalah, karena diduga menutup mata terhadap adanya militan senjata yang melintas di sepanjang perbatasan ke Suriah.
Sementara itu, dari Teheran, Para menteri luar negeri Turki dan Iran menyerukan dilakukannya gencatan senjata di Suriah sebelum perundingan damai yang diusulkan dilaksanakan di Jenewa 22 Januari mendatang.
"Semua upaya kami adalah untuk mengakhiri konflik dan gencatan senjata jika mungkin, bahkan sebelum Konferensi Jeneva II berlangsung ," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif pada konferensi pers di Teheran dengan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu.
Al-Nusra dan ISIL
Laporan Kementerian Dalam Negeri yang diterbitkan di beberapa surat kabar Turki, hari Rabu (27/11), mengatakan sekitar 500 warga Turki telah bergabung dengan kelompok Front Al-Nusra dan kelompok dan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) di Suriah.
"Beberapa di antara mereka telah mendapatkan pelatihan di kamp-kamp Al-Qaeda di Afghanistan dan Pakistan," kata laporan itu, menurut surat kabar Zaman yang terbit di Turki.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Organisasi Intelijen Nasional dan polisi nasional, kata laporan itu, 13 orang warga Turki yang berjuang bersama Al-Nusra telah tewas di Suriah. Sementara 75 warga Turki lainnya tewas dalam konflik yang pertama meletus pada Maret 2011.
Pejabat dari Kementerian Dalam Negeri tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar tentang laporan tersebut.
Pihak Barat yang enggan mendukung pemberontak yang moderat dalam pemberontakan terhadap Al-Assad telah membuat pejuang oposisi dari kelompok Islam radikal makin kuat, termasuk ISIL dan Front Al-Nusra.
Al-Nusra, dibentuk pada Januari 2012, bergabung dengan Al-Qaeda di bulan Desember tahun itu dan oleh pemerintah Amerika Serikat serta Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dimasukkan dalam daftar kelompok teroris asing.
Kelompok ini telah melakukan beberapa serangan mematikan terhadap rezim Suriah, termasuk beberapa bom bunuh diri.
Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, dalam perjalanan ke Washington pekan lalu, menolak tuduhan bahwa negaranya telah memungkinkan ekstremis itu menyeberang ke Suriah dan menyerukan kerjasama intelijen yang lebih besar untuk menghentikan arus orang Turki yang bergabung dengan pemberontak.
Turki sekarang menampung sekitar 600.000 pengungsi Suriah akibat konflik di negeri itu dan juga menjadi basis bagi koalisi oposisi utama. (ahram.org.eg)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...