RDG BI Hari Ini Diprediksi Tidak Bikin Kejutan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rapat Dewan Gubernur ( RDG) Bank Indonesia hari ini ( 17/3), diprediksi tidak akan bikin kejutan dalam memutuskan suku bunga acuan atau BI Rate, seperti yang terjadi bulan lalu. RDG BI diperkirakan akan mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen bulan ini, setelah bulan lalu secara tak terduga menurunkannya dari 7,75 persen.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters terhadap sejumlah ekonom dan analis menunjukkan sebagian besar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 7,50 persen. Hal yang sama tampak dari jajak pendapat yang dilakukan oleh Bloomberg. Limabelas dari 17 ekonom yang disurvei, memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga di 7,50 persen. Dua ekonom lainnya memperkirakan BI akan menurunkan menjad 7,25 persen.
"BI rate diperkirakan tetap di 7.5 persen dengan kemungkinan pemangkasan lanjutan menjelang akhir tahun. Penurunan tambahan BI rate di saat penguatan dolar di pasar global dipastikan akan menambah tekanan pelemahan terhadap rupiah. Rupiah berpeluang menguat hari ini dengan dollar index yang terkoreksi," kata Rangga, analis dari Samuel Sekuritas dalam analisis hariannya pagi ini (17/3).
"Rupiah bergejolak selama bulan lalu," kata ekonom ANZ ASEAN, David Wilson, seperti dikutip CNBC. Dan, mengingat bahwa yang menutup defisit fiskal dan neraca transaksi berjalan Indonesia saat ini sebagian besar adalah arus modal internasional yang masuk, maka "Bank Sentral saat ini menjalankan depresiasi yang lambat dan terarah terhadap rupiah, " kata dia. Itu artinya BI akan membiarkan rupiah melemah secara terkendali.
Kendati sebagian besar ekonom memperkirakan BI tidak akan membuat kejutan, tak berarti tertutup sama sekali kemungkinan sebaliknya. "Masih terbuka ruang untuk memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Eric Sugandi, ekonom pada Standard Chartered Plc Jakarta, seperti dikutip Bloomberg. Ia memperkirakan BI akan memangkas BI Rate hari ini.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu hanya 5 persen. Dan Presiden Joko Widodo ingin menggenjot pertumbuhan ekonomi menjadi 7 persen pada tahun 2017.
Sementara itu, saat ini tingkat inflasi cukup rendah, menyusul turunnya harga minyak. BI memperkirakan tingkat inflasi akan bisa ditekan menjadi dibawah lima persen akhir tahun ini. Semua ini, menjadi alasan bagi Eric Sugandi memperkirakan BI masih mungkin menurunkan suku bunga pada rapatnya hari ini.
Menurunkan suku bunga saat ini, kata Sugandi, juga bisa menjadi cadangan kekuatan bagi BI mengantisipasi kemungkinan Bank Sentral AS menaikkan suku bunga di masa mendatang. Sejumlah bank sentral di kawasan, seperti Bank Sentral Korea Selatan dan Thailand, telah pula memangkas suku bunga bulan ini.
Kendati demikian suara terbanyak memperkirakan tidak ada kejutan dari BI. Mempertahankan suku bunga, dianggap kebijakan paling hati-hati saat ini, setelah reaksi pasar bulan lalu yang terkejut oleh langkah BI menurunkan suku bunga.
Menurut Euben Paracuelles, ekonom pada Nomura Holdings Inc di Singapura, nilai tukar rupiah telah turun 3.8 persen sejak rapat terakhir Dewan Gubernur BI bulan lalu, yang menyebabkan rupiah jatuh ke titik terendah dalam 17 tahun.
“Risikonya adalah kebijakan ini bisa berubah menjadi kebijakan yang salah, dan kinerja rupiah sejak dipangkasnya suku bunga menunjukkan pasar telah berpikir demikian," kata Euben.
Dalam nota risetnya kemarin, Bank of America Merryl Lynch memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan, dengan pertimbangan masih terdapat kemungkinan pelemahan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Namun, mereka memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sebelum pertengahan tahun.
Editor : Eben Ezer Siadari
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...