Referendum Crimea, Krisis Ukraina
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Salah satu provinsi Ukraina, Crimea, memutuskan memisahkan diri. Mereka memilih bergabung dengan Republik Federasi Rusia. Referendum warga Crimea pada Minggu (16/3) kemarin menandai krisis di Ukraina masih belum berakhir.
Krisis itu diawali pada pertengahan November. Berikut kronologinya. Pada 21 November 2013, Pemerintah Ukraina menunda pembicaraan tentang Perjanjian Asosiasi dengan Uni Eropa, demi membangun hubungan ekonomi yang lebih erat dengan Rusia. Langkah itu memantik kemarahan kelompok oposisi yang pro-Eropa, yang kemudian berencana melakukan demonstrasi.
Desember 2013
1 Desember - 500.000 orang berkumpul di Lapangan Merdeka, Kiev. Mereka membangun perkemahan dan barikade, memulai demonstrasi antipemerintah.
11 Desember - Pasukan keamanan berusaha mengusir demonstran, tetapi gagal.
17 Desember - Presiden Yanukovych berangkat ke Moskow, Rusia, untuk menandatangani kesepakatan dana talangan sebesar US$ 15 miliar (Rp 177 triliun) dan mendapat potongan harga untuk membeli gas Rusia.
Januari 2014
19 Januari - Puluhan orang luka dalam bentrokan berdarah antara polisi dan demonstran di Kiev, setelah sekitar 200.000 demonstran melawan larangan untuk berdemonstrasi.
22 Januari - Demonstrasi terus berlangsung. Polisi menyerang barikade demonstran di pusat Kota Kiev. Para demonstran menyerang dengan lemparan batu dan bom molotov sementara polisi membalas dengan gas air mata dan peluru karet.
28 Januari - Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov mengundurkan diri. Parlemen membatalkan undang-undang antidemonstrasi.
Februari 2014
2 Februari - Para pemimpin oposisi meminta mediasi internasional dan bantuan finansial dari Barat di hadapan lebih dari 60.000 demonstran di Kiev.
5-6 Februari - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton dan utusan khusus AS untuk Eropa, Victoria Nuland, mengunjungi Kiev.
7 Februari - Presiden Yanukovych bertemu dengan sekutunya Presiden Rusia, Vladimir Putin, di sela-sela acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia.
9 Februari - Sekitar 70.000 demonstran berkumpul di Lapangan Merdeka.
14 Februari - Sebanyak 234 demonstran yang ditahan sejak Desember 2013 dibebaskan, tetapi dakwaan atas mereka tidak dicabut.
16 Februari - Para demonstran meninggalkan balai kota Kiev yang mereka duduki sejak 1 Desember. Puluhan ribu orang berkumpul di Lapangan Merdeka.
18-19 Februari - 28 orang, termasuk 10 polisi, tewas dalam bentrokan berdarah di Lapangan Merdeka. Demonstran kembali menduduki balai kota Kiev. Polisi antihuru-hara melancarkan serangan terhadap demonstran sepanjang malam.
19 Februari - Presiden Yanukovych mencopot kepala staf angkatan bersenjata Ukraina dan mengumumkan digelarnya "operasi anti-teroris" di negaranya sendiri. Negara-negara Barat mengecam aksi kekerasan di Ukraina dan mengancam akan menjatuhkan sanksi.
20 Februari - Demonstran menyerang polisi di Kiev, mengabaikan kesepakatan gencatan senjata yang dicetuskan Yanukovych. Sekitar 25 orang tewas dalam peristiwa itu, demikian dikatakan koresponden AFP di sekitar lokasi bentrokan. Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan dua polisi tewas ditembak dalam insiden itu.
Maret 2014
16 Maret – Crimea memutuskan melakukan referendum untuk memisahkan diri dan bergabung dengan Rusia. (AFP)
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...