Rejasa, Tanaman Identitas Salatiga yang Melangka
SATUHARAPAN.COM – Rejasa (Elaeocarpus grandiflorus), atau dikenal juga dengan anyang-anyang, adalah tanaman identitas Salatiga, Jawa Tengah. Cantik bunganya.
Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mendeskripsikan bunganya dengan jelas. Daun kelopaknya merah cerah, berambut. Daun mahkota bunganya putih, pada pangkalnya bersisik. Dasar bunga kuning, kemudian menjadi oranye. Tonjolan dasar bunga berambut halus (seperti bulu anak ayam) rapat. Benang sari seluruhnya berambut.
Sayang sekali, bahkan di Salatiga, rejasa mulai jarang ditemukan. Studi “Pertumbuhan Kalus Rejasa (Elaeocarpus grandiflorus) dari Eksplan Tangkai Daun pada Kondisi Gelap”, yang dilakukan Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang, seperti dikutip dari journal. unnes.ac.id, menyebutkan salah satu penyebabnya, pertumbuhan populasi tumbuhan ini lambat. Perkembangan generatif melalui perkecambahan biji memiliki tingkat yang sangat rendah. Padahal, dalam kelangkaannya, rejasa menyimpan khasiat sebagai tanaman obat melalui metabolit sekunder yang dihasilkannya.
Tak mengherankan, mungkin tak banyak warga Salatiga yang mengetahui rejasa ditetapkan jadi identitas floranya. Rejasa juga tidak disebut-sebut di dalam situs web Pemerintah Kota Salatiga, baik dengan kata pencari “tanaman rejasa” ataupun “flora identitas”.
Penjelasan rejasa sebagai flora identitas Salatiga disebutkan dalam “Flora Identitas Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah” (Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Jawa Tengah, 2005; dari sumber: ES Rahayu, 2014: Konservasi plasma nutfah tumbuhan secara in vitro: Potensi dan kontribusinya dalam mewujudkan Unnes sebagai universitas konservasi. Proceeding Seminar Nasional Konservasi dan Kualitas Pendidikan, 2014).
Membuka-buka berbagai situs web, beberapa penulis menyebutkan rejasa, flora identitas Salatiga, dapat dijumpai ditanam sebagai tanaman pagar di lingkungan sekolah SMAN 3 Salatiga. Rejasa juga bisa dijumpai begitu memasuki kampus Universitas Kristen Satya Wacana.
Deskripsi Tanaman
Rejasa atau anyang-anyang memiliki nama ilmiah Elaeocarpus grandiflorus J.E.Sm. Di Indonesia, rejasa atau anyang-anyaang juga dikenal dengan nama daerah kayu anyang (Jawa); juga ambit, kemaitan, raja sor, dan rejasa (Sunda).
Mengutip buku CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plants: Common Names, Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Etymology (Umberto Quattrocchi, F.L.S.), Elaeocarpus grandiflorus di daerah penyebarannya dikenal dengan nama lokal. Di Malaysia, misalnya, dikenal dengan nama ando atau andor. Di Filipina, disebut mala. Di Thailand, tumbuhan ini dikenal dengan nama khray yoi, mun nam, atau phi nai. Di Myanmar, disebut ye-saga.
Dyan Siswoyo Putri, peneliti LIPI, melalui studi yang dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali, Candikuning, Baturiti, mendeskripsikan Elaeocarpus grandiflorus J.E.Sm, sebagai tumbuhan pohon dengan tinggi 6-26 m. Tumbuhan ini berakar tunggang.
Daunnya bertangkai, berjejal pada ujung ranting, berbentuk lanset, beralih sedikit demi sedikit pada tangkai, 5-20 kali 1-5 cm, gundul, seperti kulit, bergerigi beringgit tidak dalam.
Tandan bunganya menggantung, berbunga 4-6, panjang 2-10 cm. Tangkai bunga 3-4,5 cm.
Daun kelopak bunga merah cerah, berambut. Daun mahkota bunga putih, pada pangkalnya dengan sisik, ke arah ujung melebar sekali dan terbagi dalam taju, panjang; 2-2,5 cm. Dasar bunga kuning, kemudian oranye. Tonjolan dasar bunga berambut halus (seperti bulu anak ayam) rapat. Benang sari seluruhnya berambut. Bakal buah bentuk telur, berambut; kepala putik tidak melebar.
Buahnya berukuran panjang 3 cm. Mengutip Tgc.lk.ipb.ac.id, buah pada tumbuhan ini memiliki tipe kendaga, berbentuk bulat telur, memiliki rambut, bertekstur keras, dan berwarna hijau pucat. Biji pada tumbuhan ini memiliki diameter 3 mm.
Dyan dalam studinya menyebutkan, asal dan penyebaran geografis marga (genus) ini terdiri atas kira-kira 300 spesies, yang terdapat mulai dari Madagaskar dan Mauritius sampai ke Sri Lanka, Indo-China, China, Jepang, Thailand, seluruh wilayah Malesian, ke timur sampai Hawaii dan Polynesia; Papua New Guinea sendiri memiliki sekitar 70 spesies, Borneo setidaknya ada 50, dan Semenanjung Malaysia sekitar 30.
Elaeocarpus banyak ditemukan di hutan primer, tetapi lebih sering di hutan hujan yang hidup kembali setelah bencana, pada ketinggian hingga mencapai 3.500 meter di atas permukaan air laut (m dpl).
Tumbuhan ini mungkin terdapat secara berkelompok di batasan yang luas suatu habitat, termasuk hutan pantai, hutan rawa air tawar, kerangas, dan tanah ultrabasic.
Dyan dalam studinya juga menyebutkan Elaeocarpus grandiflorus J.E.Sm., pernah mendominasi kawasan Hutan Lindung Batukaru, di Bali, khususnya kawasan-kawasan yang masih belum atau jarang terkena aktivitas masyarakat sekitar. Tumbuhan ini ditemui di daerah dengan ketinggian 1.000 – 1.200 m dpl, di tempat terbuka hingga ternaungi 50 persen.
Penurunan populasinya, menurut studi Dyan, disebabkan adanya pembukaan lahan untuk pertanian, khususnya sayur-sayuran, dan karena bencana alam banjir dan longsor serta penebangan pohon secara liar oleh masyarakat sekitar untuk pemenuhan kayu bakar.
Khasiat dan Manfaat
Di balik bunganya yang cantik, rejasa memiliki khasiat sebagai tanaman obat.
Situs web pertanianku.com menyebutkan rejasa atau anyang-anyang memiliki rasa sangat pahit dan bersifat sejuk. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini di antaranya minyak terbang, zat samak, dan ubar merah pada bunga. Bagian buahnya mengandung saponin, zat pahit, dan elakorpit. Efek farmakologis yang dimiliki di antaranya penurun panas, antiinflamasi, dan sebagai astringent.
Situs biofarmaka.ipb.ac.id menyebutkan tumbuhan ini berkhasiat sebagai penurun panas, antiinflamasi, dan astringent. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah buah, kulit kayu, daun, dan biji.
Buah rejasa berkhasiat mengobati disentri dan sakit kandung kemih. Kulit kayunya dapat dimanfaatkan untuk mengobati radang ginjal dan sebagai obat luar menyembuhkan luka (borok), dan daunnya untuk menurunkan demam, mengatasi mual, kelesuan, dan sakit kuning.
Air rebusan daun jika diminum dapat mengobati gangguan empedu dan sebagai obat tradisional antisifilis. Selain itu, bijinya juga dapat dicampurkan pada jamu untuk mengobati penyakit anyang-anyangan (memiliki khasiat diuretik), termasuk mengeluarkan batu kandung kemih dan mengatasi rasa sakit ketika berurin.
Melalui kajian ilmiah, ekstrak air buah rejasa memiliki potensi sebagai inhibitor protease HIV-1, yaitu enzim yang berperan pada proses pendewasaan virus HIV penyebab AIDS .Selain itu, ekstrak etanol daunnya memiliki aktivitas antivirus terhadap virus polio dan virus campak.
Dyan Siswoyo Putri menyebutkan, di Indonesia dan Malaysia, kulit batang dan daun digunakan sebagai tapel dan ekstraknya diminum sebagai tonik, obat yang menguatkankan dan merangsang selera makan. Di Jawa, bahkan digunakan untuk mengatasi sariawan.
Di Sumatera, infusa dari parutan kulit kayu diminum untuk demam, dan remukan daun muda, dioleskan di dahi untuk mengobati sakit kepala. Kayu digunakan untuk kontstruksi interior ringan dan kayu tripleks/ lapis. Cocok untuk membuat papan partikel, papan serat, dan bubur kertas. Selain itu dimanfaatkan juga untuk reboisasi dan tanaman hias serta sarana upacara agama Hindu (Manusa Yadnya).
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...