Rekayasa Sperma Nyamuk, Upaya Akhiri Malaria
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Untuk pertama kalinya, tim dari Imperial College London telah menerapkan metode genetik baru untuk sperma nyamuk, yang memastikan hanya keturunan jantan yang akan diproduksi, dan menghilangkan keturunan betina yang merupakan biang penyebar malaria, seperti tertulis dalam siaran pers medicaldaily.com.
“Jika tidak bisa mengalahkan mereka, kita modifikasi mereka”, tampaknya menjadi mantra baru bagi sekelompok ilmuwan tersebut yang mencari solusi terhadap ancaman transmisi atau penularan nyamuk malaria.
Nyamuk betina adalah pembawa parasit malaria, dan gigitannya menyebabkan infeksi pada manusia. Sementara nyamuk jantan biasanya hanya memakan nektar dan sumber gula. Jadi solusi terbaik adalah memberantas nyamuk betina.
Selama beberapa dekade, sejumlah metode telah dicoba untuk mengendalikan populasi nyamuk mulai dari pestisida untuk kontrol biologis (biocontrol). Penggunaan skala besar dari metode ini memang telah berhasil mengurangi angka kematian malaria global sebesar 42 persen sejak 2000, namun tetap saja daerah termiskin di dunia masih rentan terkena penyakit ini.
Penggunaan pestisida menyebabkan resistensi pada nyamuk, dan resisten antibiotik pada parasit malaria itu sendiri, serta kesulitan dalam mengenali gejala penyakitnya, telah mengakibatkan lebih dari 627.000 kematian. Sekitar 3,4 miliar orang berisiko tertular malaria setiap tahun di seluruh dunia.
Dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, para ilmuwan telah mencoba mengontrol populasi spesies nyamuk Anopheles gambiae betina, salah satu spesies yang paling umum menyebarkan parasit malaria yaitu Plasmodium falciparum.
Guna memastikan keturunan yang secara eksklusif laki-laki, para ilmuwan memasukkan enzim potongan DNA yang disebut I-PpoI ke nyamuk. I-PpoI bekerja dengan memotong DNA pada situs tempat kromosom berada, sehingga fragmen homogen yang terbentuk, bukan potongan acak DNA.
Yang terjadi pada nyamuk, enzim akan memotong kromosom X dari DNA dalam sperma. Biasanya, kromosom X dalam sperma menghasilkan keturunan betina dan kromosom Y keturunan menghasilkan laki-laki. Sehingga dengan tidak adanya kromosom X dalam sperma nyamuk, semua turunannya jantan.
Butuh enam tahun bagi ilmuwan untuk menghasilkan varian enzim yang berhasil membelah DNA di lokasi yang diinginkan tersebut, dan tes laboratorium itu pertama kalinya diciptakan keturunan nyamuk yang sepenuhnya subur, menghasilkan 95 persen keturunan jantan.
Dalam siaran pers tersebut, pemimpin penelitian Profesor Andrea Crisanti dari Departemen Biologi Imperial College London mengatakan, “Malaria adalah penyakit fatal, perlu menemukan cara-cara baru untuk mengatasinya. Kami pikir pendekatan inovatif kami adalah langkah besar ke depan. Untuk pertama kalinya, kami telah mampu menghambat produksi keturunan betina di laboratorium, ini gagasan baru untuk memberantas penyakit tersebut.”
Sedangkan salah satu peneliti, Dr Nikolai Windbichler mengatakan, “Apa yang paling menjanjikan tentang hasil penlitian kami adalah nyamuk setelah dimodifikasi akan mulai memproduksi keturunan jantan, dan selanjutnya keturunannya akan melakukan hal yang sama.”
“Penelitian ini masih sangat awal, tapi saya benar-benar berharap pendekatan baru ini pada akhirnya dapat menciptakan cara yang murah dan efektif untuk menghilangkan malaria dari seluruh daerah. Tujuan kami agar orang bisa hidup bebas tanpa ancaman penyakit mematikan ini,” simpul Dr Roberto Galizi dari Departemen Biologi di Imperial College London.
Bagaimanapun, hasil penelitian ini membawa harapan baru dalam mengendalikan populasi nyamuk malaria dengan mendistorsi rasio jenis kelamin, juga menghilangkan kebutuhan menggunakan bahan kimia berbahaya seperti DDT dalam pestisida.
Editor : Sotyati
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...