Remaja Israel Galang Bantuan untuk Pengungsi Suriah
JERUSALEM, SATUHARAPAN.COM – Sekelompok remaja Israel, Arab Muslim dan Arab Kristen menggalang bantuan bagi para pengungsi Suriah, khususnya untuk menghadapi musim dingin ini.
Mereka tergerak setelah badai musim dingin yang luar biasa parah bergerak melewati kawasan Timur Tengah bulan lalu dan menyebabkan kematian pada 27 anak Suriah.
Para remaja dari salah satu gerakan pemuda terbesar di negara ini telah dimobilisasi di 650 komunitas untuk mengumpulkan selimut, mantel, dan kantong tidur untuk pengungsi asal negara tetangga Suriah, meskipun ketegangan politik terjadi di antara kedua negara.
Gal Lusky dari Israel Flying Aid, adalah seorang pekerja kemanusiaan yang membantu mengatur kampanye. Dia mengatakan hal itu adalah upaya yang paling inspiratif di mana dia menjadi bagian.
"Saya melakukan beberapa pekerjaan di Pakistan, Irak, dan Sudan, dan ini adalah pekerjaan yang paling menggerakan yang pernah saya lakukan," kata Lusky. Dia mengkoordinasikan kampanye yang dinamainya “Operasi Kehangatan Kemanusiaan” (Operation Human Warmth ).
Wajib Militer
Dia melakukan bersama kelompok pemuda Hanoar Haoved Vehalomed dan berafiliasi dengan gerakan sosial Dror Israel. "Bagi saya, mengetahui bahwa anak-anak yang dalam satu tahun atau lebih mungkin akan memegang senjata menghadapi orang Suriah, tapi bahwa hari ini mereka mengirimkan bantuan kepada mereka. Ini bukan reaksi yang biasa,” kata dia.
Kebanyakan pemuda Israel bergabung dengan tentara pada usia 18 tahun untuk mengikuti wajib militer, meskipun ada pengecualian bagi orang Arab dan Yahudi dengan alasan agama. Namun beberapa tentara Israel muda yang mengetahui tentang kampanye tersebut bertanya apakah mereka bisa bergabung.
Mereka tentu saja tidak bisa mengirim pakaian atau peralatan militer. Mereka memanfaatkan akhir pekan untuk pulang dan mendapatkan barang untuk disumbangkan. Lusky terpaksa memperpanjang batas waktu sumbangan hingga 15 Januari esok lusa.
Para remaja yang terlibat memang tidak hanya Yahudi Israel. Sekitar 20 persen dari mereka adalah orang-orang Kristen Arab atau Muslim, bahkan juga dari kelompok Druze dan Badui.
Memahami Konflik
Lusky belum tahu berapa banyak bantuan yang telah dikumpulkan, semuanya akan ditimbang dan dikemas setelah dibawa ke gudang antara 15 Januari dan 19. Kemudian mereka akan mengirim ke pengungsi Suriah atau ke kamp di mana orang-orang yang terpisah sekarang tinggal.
Namun demikian, operasi ini bukan sekadar mengumpulkan bantuan dan mengirimkan. Dalam tiga fase kampanye, para remaja itu juga belajar lebih banyak tentang konflik dan bagaimana untuk meyakinkan pihak yang skeptis. Pertama di antara keluarga mereka sendiri, kemudian di lingkungan mereka, dan akhirnya dalam masyarakat umum. Bantuan itu jelasnya ditujukan bagi warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak, yang tidak terlibat dalam pertempuran.
"Minggu pertama operasi ini, mereka harus mengumpulkan barang-barang dari anggota keluarga mereka, karena kami ingin mereka untuk berlatih dan mengetahui sedikit lebih banyak tentang konflik dan pertanyaan-pertanyaan sulit yang mungkin mereka akan hadapi pada tahap berikutnya di masyarakat," kata Lusky menjelaskan.
Di menjelaskan bahwa mereka juga merancang brosur bersama-sama untuk menjelaskan operasi tersebut. "Setidaknya generasi muda kita tidak menjadi bodoh dan mengabaikan tetangga sebelah yang menderita... Saya sangat bangga menjadi Israel pada saat-saat seperti itu," kata dia. (csmonitor.com)
Editor : Sabar Subekti
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...