Rencana Hotel Bintang 6 Trump di Bali Picu Kemarahan Dewata
BALI, SATUHARAPAN.COM – Rencana merenovasi hotel tua yang berusia lebih 20 tahun menjadi hotel bintang enam lengkap dengan tower dan lapangan golf di dekat sebuah Pura abad ke-16 di Pulau Bali memicu kecemasan penduduk setempat.
Para penganut Hindu di Pulau Bali memegang teguh bahwa tinggi sebuah bangunan diukur dengan tinggi pohon kelapa. Apa pun yang lebih tinggi dari itu dapat membuat marah Dewata yang dipercaya mendiami pulau tersebut.
Hotel bintang enam itu akan dikenal sebagai Trump International Hotel and Tower Bali. Perusahaan Donal Trump yang bekerja sama dengan konglomerat asal Indonesia itu menargetkan awal pembangunan pada tahun 2018 dan akan menjadi resort terbesar di Pulau itu.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Gusti Ngurah Sudiana, mengatakan "semua hal tersebut sensitif di Bali. Orang Bali cenderung tidak untuk berbicara, namun hal ini terkait dengan kesucian Pura yang sangat sensitif, hanya saja penegakan hukum terlalu lemah.''
"Saya akan sangat menentang terhadap setiap perkembangan baru yang berdampak langsung pada Pura," kata I Gusti Ngurah Sudiana seperti dilansir dari Bloomberg, hari Selasa (24/1).
Trump Organization mengatakan, hotel dan tower tersebut akan memberikan pemandangan Samudera Hindia dan Pura Tanah Lot ke "tingkat baru" kemewahan di Bali.
Investasi US$ 1 Miliar
Proyek pembangunan tersebut memiliki hubungan antara keluarga Trump dan pendiri MNC Group Hary Tanoesoedibjo, yang berada di daftar tamu pada pelantikan Trump di Washington, DC. Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia itu disebut-sebut juga memiliki persahabatan kuat dengan anak-anak Trump.
Juru bicara Trump Organization mengatakan melalui e-mail bahwa renovasi resort ini akan dikelola oleh pihak Trump Hotel. Resort tersebut merupakan salah satu dari dua pekerjaan di bawah kemitraan kedua belah pihak, dan MNC akan menghabiskan dana hingga US$ 1 miliar atau setara 13,3 triliun.
Meskipun hotel baru masih dalam tahap desain, namun menjadi pembicaraan di antara penduduk setempat mengenai bagaimana wujud nantinya akan membuat mereka cemas. Beberapa umat Hindu khawatir tentang skema tower. Sedangkan MNC mengatakan tingginya belum ditentukan.
Hari Tanoe mengatakan, ada masalah dengan penduduk setempat atas properti yang ada sebelum ia membelinya dua tahun lalu.
"Ketika mereka memulai proyek ini di tahun 90-an, ya, itu karena pembangunan itu terlalu dekat dengan Pura, itulah yang saya dengar,'' katanya Hari Tanoe di kediamannya di Jakarta awal bulan ini.
"Sekarang tidak perlu khawatir tentang itu," dia menambahkan.
Menolak Menjual Tanah
Nengah Santhi (40 tahun), petani setempat menolak menjual tanahnya untuk proyek di Kabupaten Tabanan itu. Dia tidak terlalu peduli tentang pandangan politik Trump, tapi ia ingin kejelasan tentang proyek renovasi Hotel itu.
"Ketika dia datang ke pulau kami, maka saya akan memperhatikan," katanya.
"Jika dia meminta saya untuk menjual tanah saya, maka tentu saja saya akan mengatakan tidak, ini tanah saya, saya menanam padi saya di sini dan kemudian anak saya akan tumbuh di sini," dia menambahkan.
Semenatara itu, kelompok masyarakat Hindu setempat juga mempertanyakan atas rencana pembangunan lapangan golf baru, yang diduga dirancang oleh perusahaan Phil Mickelson.
Peraturan daerah melarang bangunan di sekeliling Pura. Aturan bervariasi sesuai dengan status Pura.
Membuka Peluang Investasi
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Bali, Anak Agung Alit Wiraputra, mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memiliki investasi 1 miliar dolar AS di sektor perhotelan di Pulau Dewata yang diharapkan membuka peluang investasi di tengah isu proteksionisme.
"Dia (Presiden Trump) mengucurkan 1 miliar dolar ke Bali," katanya ditemui saat menghadiri pelantikan pengurus Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali di Denpasar, seperti dilansir dari Antara, hari Senin (30/1).
Alit menyebutkan, investasi tersebut dialokasikan untuk perhotelan di kawasan Tanah Lot, Kabupaten Tabanan bersama dengan petinggi MNC Group Hary Tanoesoedibjo, serta investasi di Nusa Dua dan Tanjung Benoa serta salah satu kabupaten di Bali.
Dia menyakini, dengan adanya investasi di Bali itu maka Presiden AS ke-45 itu tidak akan merusak hubungan perdagangan dengan Indonesia.
"Dia (Presiden Trump) punya investasi di sini, tidak mungkin dia mematikan kita," katanya.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Gereja-gereja di Ukraina: Perdamaian Dapat Dibangun Hanya At...
WARSAWA, SATUHARAPAN.COM-Pada Konsultasi Eropa tentang perdamaian yang adil di Warsawa, para ahli da...