Rendering Regime: 30 Seniman Gelar Pameran Lukisan di TIM
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sudah ratusan tahun Jakarta berperan sebagai salah satu pusat perdagangan antarbangsa yang membuatnya memiliki sejarah panjang pertemuan kebudayaan dan dewasa ini mempengaruhi perkembangan seni rupa. Dalam perjalanan panjang itu, perupa Indonesia menciptakan karya penting yang mewarnai sejarah seni rupa. Polemik seni rupa yang pernah terjadi pun membawa warna dan dinamika tersendiri di dalamnya.
Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dalam rangka menilik perkembangan seni lukis di Jakarta saat ini, kembali menghadirkan Pameran Besar Seni Lukis Jakarta. Mengusung tema Rendering Regime, yang dapat diartikan sebagai sebuah usaha manipulatif dari pihak yang berkuasa dengan cara memperindah dan mengaburkan segala hal melalui pendekatan visual.
Pameran ini dikuratori oleh Leonhard Bartolomeus, seorang kurator muda yang punya perhatian lebih terhadap perkembangan seni lukis di Indonesia.
“Melalui tema Rendering Regime kami mencoba untuk melihat apa yang sedang dibicarakan seniman masa kini. Dalam konteks kehidupan sosial politik, Rendering Regime sering ditemukan, terutama dalam pemberitaan di media-media lokal. Sering kali terjadi pencitraan untuk mengontrol persepsi publik atas apa yang sesungguhnya terjadi. Sementara itu dalam konteks kegiatan artistik, istilah ini dapat dimaknai sebagai upaya dari pelukis untuk menciptakan karya. Pelukis, sebagai pemegang kekuasaan, memiliki kemampuan untuk melakukan manipulasi atas bentuk, ruang, warna, dan garis,” ujar Leonhard Barto.
Karya dari 30 seniman Jakarta akan dipamerkan dalam Rendering Regime. Mereka adalah Andrew Delano, Bunga Yuridespita, Dwi “Ube” Wicaksono Suryasumirat, Gadis Fitriana, Guntur Wibowo, Haris Purnomo, Hauritsa, Henry Foundation, Ipong Purnama Sidhi, Iswanto Hartono, Ito Djoyoatmojo, Jayu Julie, Jerry Thung, Jimi Multhazam, Kemalreza Gibran, KP Hardi Danuwijoyo, Monica Hapsari, Mushowir Bing, Reza Afisina, Ricky Malau, Rio Farabi, Rishma Riyasa, Ruth Marbun, Saleh Husein, Sony Eska, Tatang Ramadhan Bouqie, Tiar Sukma Perdana, Vonny Ratna Indah, Vukar Lodak, dan Yusrizal.
“Seniman yang kita undang untuk pameran ini 50 pelukis, tapi hanya 30 yang mengiyakan. Dipilih dari beragam gaya, usia, dan latar belakang,” lanjut Barto.
Pameran Besar Seni Lukis Jakarta: Rendering Regime diadakan selama 21 hari pada 24 Oktober-13 November 2015 di dua galeri sekaligus, yaitu Galeri Cipta II dan III, Taman Ismail Marzuki. Pembukaan pameran diadakan pada 24 Oktober di Galeri Cipta III, dan dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Efek Rumah Kaca dan We Love ABC. Untuk lebih memahami karya-karya para seniman tersebut, diadakan Tur Bersama Kurator setiap Sabtu (31 Oktober dan 7 November) pukul 14.00-16.00 WIB. Rangkaian pameran tersebut gratis dan terbuka untuk umum. (dkj.or.id)
Editor : Bayu Probo
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...