Reruntuhan Kota Sodom Diklaim Sudah Ditemukan
ALBUQUERQUE, SATUHARAPAN.COM – Seorang arkeolog berpengalaman yang telah menghabiskan satu dekade mencari reruntuhan kuno Sodom sekarang yakin bahwa timnya menemukan kota alkitabiah yang nahas itu dan bukti kehancuran mendadaknya.
Penemunya adalah Dr Steven Collins. Ia adalah profesor arkeologi di Trinity Southwest University di Albuquerque dan juga dekan College of Archaeology & Biblical History. Selain menulis puluhan buku ilmiah dan artikel jurnal, Collins sering mengunjungi Timur Tengah, tempat ia berpartisipasi dalam penelitian arkeologi yang sedang berlangsung.
Sejak 2005, Collins telah memimpin penggalian di selatan Lembah Yordan dalam upaya untuk menemukan Sodom—kota kuno yang dihancurkan oleh Allah karena penduduknya berdosa, menurut Kejadian 19. Collins mengatakan ia memulai penelitiannya dengan “menganalisis teks Alkitab mengenai lokasi Sodom.”
Dr Collins sedang menjelaskan di situs Tall el-Hammam. (Foto: bibleandscience.com)
Investigasi itu membuatnya menyimpulkan bahwa satu situs tertentu sangat sesuai dengan teks Alkitab. Situs ini bernama Tall el-Hammam, dan terletak di wilayah selatan Lembah Yordan, 14,4 km timur laut dari Laut Mati.
“Tall el-Hammam tampaknya cocok dengan setiap kriteria Sodom menurut teks,” katanya, menurut laporan 2013 di Popular Archaeology. “Atas dasar teks-teks Sodom, reruntuhan Sodom adalah bagian terbesar dari Kikkar (Cakram Yordan atau daratan subur dalam teks Alkitab) kota di timur Sungai Yordan. Saya menyimpulkan bahwa jika seseorang ingin menemukan Sodom, maka salah satu harus mencari kota terbesar di Kikkar timur yang ada selama Zaman Perunggu Tengah, masa Abraham dan Lot. Ketika kami menjelajahi daerah itu, pilihan Tall el-Hammam sebagai situs Sodom hampir pasti. Sebab, daerah itu setidaknya lima sampai sepuluh kali lebih besar dari semua situs Zaman Perunggu lainnya di seluruh wilayah, bahkan di luar Kikkar Yordan.”
Collins mengatakan situs Tall el-Hammam kebanyakan tak tersentuh oleh para pakar saat timnya mulai melakukan penelitian 10 tahun lalu. Ketika mulai menggali, mereka menemukan sisa-sisa infrastruktur kota, termasuk gerbang, menara, plaza, setidaknya satu jalan, dan tembok kota tebal. Dari semua indikasi, disimpulkan bahwa di situs itu pernah berdiri negara-kota yang berpengaruh, berkembang, dengan lokasi yang strategis dan ekonomi yang kuat.
Area yang diwarna menggambarkan benteng “Sodom”. (Foto: geekychristian.org) |
“Berdasarkan bukti tergali, kota Zaman Perunggu ini kejayaannya tampaknya menurun tiba-tiba—tanpa dapat dijelaskan—menjelang akhir Zaman Perunggu Tengah. Dan, kota kuno ini menjadi gurun selama 700 tahun, sebagian besar kosong dari tempat tinggal manusia. Populer Archaeology melaporkan pekan lalu.”
Para ahli menyebut Tall el-Hammam sebagai “hiatus permukiman”, sebab daerah itu jelas ditinggalkan selama berabad-abad. Saat peneliti bekerja untuk mengumpulkan petunjuk, Collins mengatakan timnya telah mengidentifikasi lapisan yang berbeda dari berbagai abu di lokasi yang bertarikh kembali ke periode Perunggu Tengah. Abu itu bisa menjadi bukti dari kehancuran akibat kebakaran hebat seperti yang dijelaskan dalam Kejadian 19. Pecahan gerabah yang terkena panas dengan suhu sangat tinggi telah ditemukan dari situs lain. Ini menjadi indikasi potensi bencana terkait dengan api.
Apakah Tall el-Hammam memang Sodom? Collins makin yakin bahwa itu kota tempat tinggal Lot.
“Ukurannya besar dan memiliki benteng yang luar biasa, gerbang monumental. Punya kota-kota satelit. Tetapi terjadi kekerasan, perusakan yang diakibatkan api. Lalu semua berteriak ‘Sodom’,” katanya. “Ini menarik.” (christiannews.net)
Ikuti berita kami di Facebook
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...