Resensi Buku: Agama Cinta Prinsip Setiap Agama
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kebrutalan kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang membunuh orang-orang yang dianggap musuh dan memerkosa perempuan-perempuan tidak berdosa, menimbulkan banyak pertanyaan mengapa wajah agama di tangan mereka jadi begitu garang.
Sebagian besar tentu setuju bahwa agama jelas tidak mengajarkan cara-cara barbar macam ini. Tapi kita juga tidak bisa mengelak, mereka menjadikan alasan agama untuk meligitimasi tindakan mereka.
Dan dalam kenyataannya, memang ada teks-teks keagamaan yang bicara mengenai negara Islam, potong tangan, dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri, pendukung kelompok ekstrimis ini jumlahnya diperkirakan 500-an orang. Selain itu, Indonesia sekarang ini masih terus menghadapi tantangan terorisme yang juga menjadikan dalil agama sebagai alasan pembenar.
Pada saat yang bersamaan, aksi-aksi kekerasan dalam bentuk intimidasi, penyebaran kebencian, bahkan kekerasan fisik oleh kelompok-kelompok tertentu kepada mereka yang dianggap berbeda masih menjadi tantangan serius.
Tren yang juga tak bisa diabaikan adalah bahwa penyebaran kebencian atas nama agama dan keyakinan yang berbeda menguat di berbagai daerah dan media sosial. Sebagian orang mudah mengatakan yang lain kafir, sesat, antek zionis, antek Yahudi, komunis, dan lain-lain.
Pertanyaannya, mengapa “ajaran kekerasan” itu justru tampak kuat ketimbang ajaran yang lebih menekankan cinta dan kasih sayang kepada sesama? Bagaimana agama-agama dan keyakinan bicara mengenai konsep Cinta dan kasih sayang kepada sesama? Apa yang menyebabkan kekerasan berbasis agama atau keyakinan meningkat?
Buku “Agama Cinta” setebal 262 halaman ini berusaha menghadirkan wajah setiap agama dan keyakinan, yang teduh serta penuh cinta. Agama Cinta berusaha mengulas intisari terpenting dalam agama-agama, baik agama Barat, Timur, maupun agama asli Nusantara: cinta kasih.
Buku ini hendak menegaskan, nilai keramahan, cinta, dan kasih sayang, menjadi jangkar sekaligus tali yang mempertemukan prinsip mendasar pada setiap ajaran agama dan keyakinan.
Begitu mudah, sangat mudah, kita temukan ajaran cinta dalam setiap agama dan keyakinan yang hidup di dunia ini. Dalam Islam, satu dari sepuluh wasiat seperti disebut dalam QS. Al-An'am 151-153, menegaskan jangan membunuh jiwa yang diharamkan. Ada konsep ar-rahman arrahim.
Ajaran jangan membunuh ini juga ada dalam Sepuluh Perintah dalam Yahudi. Dalam Kristen, seperti dalam Lukas, ditandaskan, "Cintailah tuhanmu, Allahmu, dengan segenap hatimu... cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. “
"Berbuatlah kepada orang lain sebagaimana engkau berbuat terhadap dirimu sendiri," begitu ajaran veda. Dalam Buddha ada konsep ada konsep maiter, cinta kasih.
Pada komunitas agama/keyakinan lokal seperti Cigugur Kuningan, ada konsep Pikukuh Tilu (tiga hal yang perlu dipegang): ngaji badan, tuhu, dan madep ka raja.
Dalam bayangan kekerasan dan intoleransi bermotif agama yang terus menggejala, buku ini ingin menghadirkan wajah setiap agama dan keyakinan, yang teduh serta penuh cinta.
Inilah wajah otentik dari agama yang membuatnya diwahyukan, diimani, dan dipraktikkan dalam rentang sejarah yang begitu panjang. Nilai keramahan, cinta, dan kasih sayang, menjadi jangkar sekaligus tali yang mempertemukan prinsip mendasar pada setiap ajaran agama dan keyakinan.
“Agama cinta” bukanlah sebuah agama yang baru, melainkan sebuah istilah untuk mempertemukan nilai-nilai dasar yang sesungguhnya dijumpai di setiap agama. Dan seperti judulnya, buku ini dapat dibaca oleh siapa pun dari beragam latar belakang agama dan keyakinan.
Buku ini diluncurkan pada Kamis (11/6) oleh dua penulisnya di toko buku Gramedia Matraman.
Judul: Agama Cinta, Menyelami Samudra Cinta Agama-Agama
Penulis: Ahmad Nurcholish dan Alamsyah M. Dja'far
Tebal: 262 halaman
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...