RI Ingin Komitmen G20 Terkait Pertukaran Informasi Pajak
SHANGHAI, SATUHARAPAN.COM - Indonesia ingin komitmen global, terutama negara-negara yang tergabung dalam G20, terkait pembagian data perpajakan dan transaksi keuangan secara otomatis, pada pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Shanghai pada 26-27 Februari.
"Indonesia ingin kesepakatan yang sudah dicapai pada KTT G20 di Turki, bahwa pertukaran informasi perpajakan dan transaksi keuangan dapat dilaksanakan pada 2018, tidak akan berubah lagi, atau penyesuaian-penyesuaian lagi," kata Menteri Keuangan RI Bambang Brodjonegoro menjawab Antara di Shanghai, Jumat.
Ia menambahkan Indonesia juga menginginkan negara-negara G20 dapat benar-benar mematuhi ketentuan yang berlaku, sehingga pada 2018 seluruh negara anggota dapat mengakses rekening bank di seluruh dunia.
"Jadi jika ada warga negara Indonesia yang menyimpan uangnya di luar negeri dapat kita lacak dan kejar pajaknya, karena orang yang menyimpan uangnya di luar negeri ditengarai berpotensi untuk menghindari pajak. Kerja sama ini akan sangat mendukung bagi penerimaan pajak serta kebijakan `tax amnesty` akan sukses," kata Menkeu Bambang.
Selain itu pada pertemuan tingkat menteri keuangan G20 tersebut, ia mengatakan Indonesia ingin ada komitmen global dalam pembiayaan infrastruktur untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi.
"Kita ingin ada komitmen global untuk pembangunan infrastruktur, tidak saja untuk memperbaiki kualitas infrastrukturnya, tetapi juga menciptakan pertumbuhan. Sekarang ini, dunia sedang mengalami masalah kurangnya struktur pertumbuhan, harga komoditas rendah sehingga praktis aktivitas terkait komoditas turun, inflasi dunia juga turun," ujarnya.
Bambang menambahkan: "Maka kita perlu mendorong pertumbuhan dunia, salah satunya dengan mendorong infrastruktur terutama di negara-negara `emerging` agar lebih kompetitif dan dapat lebih menarik investasi."
Pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 kali ini antara lain memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi global, investasi infrastruktur, kerja sama perpajakan global, program keuangan bagi lingkungan dan sebagainya.
Ekonomi global saat ini diwarnai dengan pelambatan ekonomi Tiongkok, sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar dunia, lemahnya harga komoditas, "perang" mata uang yang ditengarai akibat internasionalisasi RMB dan fenomena lainnya.(Ant)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...